Setiap orang punya mimpi dalam hidup. Namun terkadang sosok ibu lebih memilih menetapkan mimpi itu dalam hidup anaknya. Sebagian tak sanggup lagi di perdulikan karena kebaikannya sudah menjadi ketidakwarasan dalam hidup manusia biasa.
Membencinya hal yang paling kau dustakan di bumi dan mencintainya tentulah tak perlu kau pungkiri di zaman ini. Aku merasa, kau juga bukan, kita ini anak dari seorang ibu. Banyak perbedaan ibu di dunia, namun tak jauh dari kata ikhlas yang tak pernah lepas dari mimiknya.Â
Wanita pilihan yang semestinya kau preoritaskan tapi malah kau duakan bersama kesibukan. Wanita yang tampaknya lemah namun selalu kuat dalam harapan.
Paginya selalu terjaga dalam gelap buta untuk menyiapkan nasi kepada masa depan sang harapan tercinta. Malamnya selalu risau karna sang adinda harapan tercinta masih belum kembali di saat malam telah gemerlap gulita.
Waktu kecil dulu, kau sebuah kebahagian yang melintas musim banjir sampai kemarau panjang. Kau kebahagian dalam setiap detik senyumnya. Sesekali ada juga raut sedih di wajahnya itupun karna kau yang lesu dan tak mau makan di saat pagi.
Jika seseorang mananyakan hadiah, maka tak ada jawaban dariku. Karna semua pemberian ibu sudah menjadi kebiasan. Karna kebiasaan adalah hadiah terindah untuk ku.
Mimpiku hanya membahagiakan mu ibu. Seperti kebiasan yang kau ajarkan padaku, seperti kopi yang tetap tersaji di pagi minggu.