Sekolah yang memberikan nuansa yang menyenangkan banyak digemari oleh masyakarat era sekarang. Salah satunya sekolah inovatif, dimana sekolah memiliki pendekatan di dunia pendidikan dengan perspektif baru. Hal baru yang harus mengarah pada hal positif.
Peserta didik pasti menginginkan proses pembelajaran dengan suasana baru, biar tidak mononton dan membuatnya bosan. Sifat bosan pada peserta didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Seorang pendidik harus inovatif dalam melakukan strategi pembelajaran di kelas. Salah satu upaya pendidik dalam menciptakan suasana tersebut dengan mengatur denah tempat duduk peserta didik.
Nah! Pada hari Senin lalu (12/3), saya observasi secara langsung dalam proses pembelajaran pada anak SD/MI kelas 3. Ada suatu hal yang menarik pandangan saya dan menimbulkan pertanyaan besar untuk saya pribadi. Mengapa denah tempat duduk peserta didik dicampur antara laki-laki dan perempuan? Wajar atau tidak?
Secara spontanitas, saya menayakan hal tersebut kepada guru kelas seusai proses pembelajaran.
Berikut jawabannya....
Pembagian denah tempat duduk sudah diatur sedemikian rupa oleh guru kelas berdasarkan kepribadian, kemampuan maupun jenis kelamin peserta didik. Tujuan guru kelas menerapkan denah tempat duduk untuk meminimalisir kegaduhan peserta didik pada saat proses pembelajaran. Misalnya, apabila anak laki-laki di sandingkan dengan anak laki-laki maka suasana kelas akan gaduh dengan tingkah anak laki-laki tersebut, karena anak laki-laki identik dengan sikap hiperaktif.Â
Sedangkan ketika anak perempuan disandingkan dengan anak perempuan maka anak perempuan itu akan cenderung bermain dan ngobrol dengan teman sebangkunya sehingga tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi. Sehingga solusinya, penerapan denah tempat duduk dalam satu bangku terdapat satu anak laki-laki dan satu anak perempuan, dilanjutkan di belakangnya juga seperti itu akan tetapi secara zigzag antara anak laki-laki dan perempuan.
Tujuan lain penataan denah tempat duduk yakni membentuk karakter peserta didik dengan mendongkrak kepercayaan diri dalam bersosialisasi dengan lawan jenis. Akan tetapi, tetap harus ada batasan-batasan dalam bersosialisasi dengan lawan jenis  sehingga guru harus benar-benar memantau dalam setiap prosesnya dan pengarahan dari orang tua juga sangat berperan dalam membentengi segala hal yang akan terjadi pada diri anak baik positif maupun negatif.
Prinsip-prinsip dalam mengelola penataan denah tempat duduk menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) :
- Visibility ( keleluasan pandangan)
- AccessibilityÂ
- Fleksibelitas
- Kenyamanan
Bentuk-bentuk formasi dalam penataan denah tempat duduk peserta didik :
- Huruf-U
- Huruf-V
- Lingkaran
- Berkelompok
- Auditorium
- dll
Bentuk-bentuk formasi penataan tempat duduk peserta didik diterapkan berdasarkan sesuai kuota kelas tersebut. Bentuk-bentuk formasi dan tujuan penataan denah tempat duduk dapat memudahkan seorang guru dalam mengelola dan menguasai pengkondisian kelas, sekaligus membuat rasa nyaman dan mengurangi rasa bosan pada peserta didik dalam setiap proses pembelajaran.