Mohon tunggu...
Nur Zadila
Nur Zadila Mohon Tunggu... Full Time Blogger - hello

Tulis apa aja, sesukamu.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Saya dan 'Proses' kita (resep 2017)

15 Januari 2018   21:33 Diperbarui: 15 Januari 2018   22:31 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

RESEP 2017 (DISINILAH KAMI MEMULAI)

P2KBN DAN GAMBARAN AWAL KAMI

Sebelum saya bercerita panjang tantang RESEP, saya akan bercerita tentang proses awal penerimaan kami di Fakultas Farmasi sebagai gambaran awal seperti apa kami sebelum menjalani 'proses' yang lebih panjang dan bermakna yang bernama RESEP , tahukah anda apa itu RESEP? mungkin sebagian orang yang baru mendengar hal ini akan berpikiran RESEP yang kita maksud adalah resep obat yang biasa diberikan kepada pasien.  Jujur, awalnya saya juga berpikiran seperti itu. Ya, semuanya bermulai dari P2KBN, awalnya kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang biasa disebut GB dan kami diberikan sedikit waktu untuk berdiskusi dengan kakak mentor kami tentang farmasi dan kehidupan di dalamnya itu seperti apa. Waktu itu, saya merupakan anggota GB 2 dengan didampingi kakak mentor yang bernama kak Rahmat dan Kak Cinci. 

Seperti kebanyakan MABA pada umumnya, tidak saling mengenal dan jaim. Bahkan biarkan kalian bukan tipe manusia yang selalu jaga image, tapi kalian terpaksa akan menjadi tipe seperti ini karena keadaan yang tidak memungkinkan kalian untuk langsung menunjukkan sifat dan sikap asli kalian itu seperti apa. Malu-malu, pendiam, dan tak peduli sekitar, seperti itulah saya pada awalnya. Dari pagi hingga jam pulang, mungkin hanya beberapa kata yang bisa keluar dari mulut saya selama kegiatan P2KBN. 

Kurangnya kepercayaan diri untuk memulai obrolan bersama teman senasib membuat saya hanya bisa melemparkan senyum ketika bertatap, syukur kalau senyum kita dibalas, kalau tidak? Ya seperti itulah.  Selain itu, kalau ketemu juga paling nanya nama dan asal sekolah. Kadang lucu ketika kalian bertegur sapa dengan si A dan di tanya 'kamu namanya siapa? Asal mana?' dan ketika ketemu lagi dengan si A di wc dan dia malah nanya hal yang sama. Ketahuan sekali jika kita bertegur sapa hanya karena formalitas dan tidak memikirkan kualitasnya. Ingat nama saja tidak bagaimana mau menjadi teman seangkatan.

Ya, kembali lagi ke diskusi GB. Selama diskusi, kita disuruh kenalan dengan teman se-GB dan saya baru sadar ternyata menghapal nama 11 orang dalam sepersekian detik itu susah. Di dalam diskusi juga kita di ajak untuk ngobrol santai dan bertanya tentang apa saja yang kita ingin ketahui di farmasi. Bukannya santai, saya malah merasa cangung dan tegang. Kita bahkan lebih sering saling bertatap-tatap penuh makna saling berharap diantara kita ada yang mulai bertanya. 

Hanya kakak mentor yang lebih sering bertanya tentang kita dan dijawab seadanya dengan senyuman malu-malu. Selama diskusi, disitulah pertama kalinya saya mendengar kata RESEP berkat pertanyaan seorang teman yang bertanya 'setelah P2KBN, ada apa lagi?' ya, mirip-mirip seperti itulah pertanyaannya, saya juga lupa siapa yang bertanya tapi intinya ada yang bertanya seperti itu. Dan kakak mentor pun menjawab namun sekilas saja seperti hanya memberikan clue.

RESEP? Hah? Apa itu? Resep obat atau salah satu mata kuliah? Serius, seperti itulah butanya saya dulu. Saya harap teman-teman tidak memiliki pemikiran dangkal seperti saya ketika pertama kalinya mendengar kata RESEP. Kakak mentor juga sempat membahas sekilas tentang RESEP namun kurang untuk bisa saya mengerti. Selain itu, kakak mentor juga sempat mengingatkan kami tentang 'Dinding Farmasi bertelinga' yang saya akui kehebatannya.

 Selama P2KBN, peraturan mulai bermunculan dan diawali dengan peraturan baju dan kewajiban menggunakan pin. Saya yang selama P2KBN memakai baju kemeja yang sering saya masukkan kedalam rok dan lengan yang di lipat setengah lengan dengan jilbab rawis jelas sedikit kaget dengan aturan yang mengharuskan kita memakai baju sepaha atau selutut, rok A, jilbab hitam tebal, dan pin yang selalu menempel ditengah jilbab. Evaluasi baju terjadi di hari terakhir P2KBN (kalau tidak salah), dengan semangat pagi saya memasuki area fakultas dan sedikit berbeda seperti hari biasanya. Kita disuruh ke area parkir dan disana baju kita diperiksa. Memang malamnya kami disuruh menggunakan kemeja panjang  dan jilbab hitam tebal, dan 'perasaan' saya telah memenuhi syarat yang telah dikatakan. Apa yang terjadi? Baju saya kurang panjang, jujur disitu saya hilang akal. Kemeja panjang seperti apa lagi yang diminta? Baju yang saya pakai sudah sepaha dan menutupi bokong. Dan akhirnya ketika disuruh mengangkat tangan lurus keatas, disitulah dilihat apakah bajumu layak dipakai atau tidak, dan jawabannya untuk baju saya, TIDAK LAYAK.

Selain itu, masalah pin juga menjadi peraturan selanjutnya, saya lebih bersyukur kita hanya disuruh menggunakan pin bukan papan nama yang gedenya bikin malu. Ketika UNHAS DAY, disitulah saya bersyukur teman-teman saya disuruh berbaju panjang dan jilbab tebal karena dengan gampang saya bisa mengenali mereka ditengah ribuan MABA seluruh fakultas. Paling unik dan berbeda. Di UNHAS DAY kita pertama kali di berikan sebuah benda bulat berwarna biru yang bernama pin yang hingga sekarang saya tidak pernah lupa menggunakannya. Tanpa pin, mungkin saya sudah hilang tertinggal di acara-acara besar seperti itu, mungkin juga saya tidak mengenali teman saya saat berpas-pasan ketika jam MKU.

                Seiring berjalannya waktu di dunia perkuliahan, saya mulai mengetahui beberapa teman di farmasi dan masih canggung untuk berbicara. Bahkan saya sering heran ketika melihat wajah-wajah sesama MABA yang baru saya lihat dan mengenakan Pin biru andalan kami. Kadang saya berpikir mereka barusan pindah di farmasi atau saya yang baru melihatnya atau dia yang baru kelihatan entah darimana. Entahlah, yang jelas komunikasi kami seangkatan pada saat itu sangat minim. Berulang-ulang kakak OC menyuruh kami untuk saling mengenal namun susah kami lakukan karena kurangnya pendekatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun