Contohnya, seorang siswa SMA yang setiap hari menerima kata-kata merendahkan dari pacarnya. Alih-alih fokus mempersiapkan ujian, pikirannya dipenuhi rasa takut "tidak cukup baik". Dampak jangka panjangnya, prestasi akademik merosot dan peluang masa depan pun ikut terganggu.
Selain itu, hubungan toxic juga bisa muncul di lingkungan pertemanan. Ada teman yang hanya mendekat ketika butuh, meremehkan prestasi orang lain, atau bahkan menyebarkan gosip yang merusak reputasi. Situasi ini membuat korban kehilangan semangat untuk bergaul sehat di lingkungan sekolah maupun kampus.
Mengapa Sulit Melepaskan Hubungan Toxic?
Banyak orang tahu bahwa hubungan toxic itu merugikan, tetapi tetap bertahan. Mengapa? Ada beberapa alasan:
Takut kesepian -- Korban merasa tidak ada yang akan menerima dirinya selain pasangan/teman toxic.
Harapan berubah -- Keyakinan bahwa suatu hari hubungan akan membaik.
Ketergantungan emosional -- Terlalu dalam mencintai atau bergantung sehingga sulit melepaskan.
Kurangnya dukungan sosial -- Tidak ada support system yang mendorong untuk berani keluar.
Padahal, bertahan dalam hubungan seperti ini justru semakin mengikis harga diri. Semakin lama bertahan, semakin dalam luka yang ditinggalkan.
Saatnya Melepas Demi Kesehatan Mental dan Pendidikan
Melepas hubungan toxic bukan berarti menyerah, melainkan pilihan berani untuk menyelamatkan diri. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan: