Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Tangan Sang Tukang Pijat, Tuhan Titipkan Masa Depan Para Yatim Piatu

5 Juni 2018   17:07 Diperbarui: 20 Juni 2018   15:40 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  "Hah? Tukang pijat punya panti asuhan? Mana mungkin?"

Bolak-balik saya menyanggah kalimat yang dilontarkan Ibuku.

"Iyo Dek. Orang asli Pacitan. Tapi udah lama di Surabaya, trus punya panti asuhan Amanah. Ayo wis, kapan-kapan ikut Ibu ke sana," ibuku menjawab dengan sabar bin meyakinkan.

Percakapan itu sudah berlangsung sekitar sepuluh tahun lalu. Ketika keluarga kami rutin berkunjung ke Panti dan mendonasikan sebagian rezeki. Ibuku orang asli Pacitan, jadi wajar kalau beliau amat bangga telah mengenal pemilik panti. Sesama Pacitan, yang merantau ke Surabaya, jadi you know lah, bagaimana rasanya.

Namanya Sumirah. Perempuan kelahiran 3 April 1965 ini selalu bersemangat tatkala menyambut kami. Jabat tangannya terasa hangat, akrab, dan kokoh... khas tukang pijat. Cara Sumirah menyambut tamu selalu sumringah, semedulur kalau istilah orang Pacitan. Senyumnya masih sama. Ikhlas, tulus, tanpa tendensi apapun.

Saya (kanan) dan Ibu Sumirah (Dok. Pribadi)
Saya (kanan) dan Ibu Sumirah (Dok. Pribadi)
"Monggo... monggo... udah lama ya nggak ketemu mbak Nurul...."

Semenjak Ibunda berpulang beberapa tahun lalu, bisa dibilang saya jarang berinteraksi lagi dengan beliau. Hingga di bulan Ramadan ini, ada energi berbagi yang menggedor-gedor ulu hati. Saya ingin menikmati inspirasi dari sosok energik yang ada di hadapan saya, sore itu.

"Masih sering mijat, Bu?"

"Iyaaa Mbak. Sudah jadi profesi saya. Alhamdulillah, dari hasil mijat bisa untuk biaya makan dan sekolah anak-anak panti."

Di mata Sumirah, kemampuan memijatnya adalah wujud hidayah dari Sang Maha Sutradara Kehidupan. Sejak kelas 2 SD, ia sudah sanggup memijat. Bahkan, tatkala duduk di bangku 5 SD, Sumirah sudah melayani order memijat hingga ke luar kota, seperti Semarang, Solo dan Madiun.

"Dalam sehari, saya bisa memijat 40-50 orang mbak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun