Mohon tunggu...
nurul mufidah
nurul mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - teknik industri unair

PDB D-2.20

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kendaraan Bertenaga Listrik, Solusi atau Permasalahan Baru?

12 Juni 2022   16:20 Diperbarui: 12 Juni 2022   16:45 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal menurut ketentuan dalam AMDAL setiap perusahaan batu bara, lubang--lubang tersebut harusnya ditutup kembali melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan. Namun, dalam penerapannya tak sedikit tambang yang melanggar ketentuan tersebut.

Tambang batu bara juga ikut andil dalam membuat kesuburan tanah di sekitar tambang menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan dalam pertambangan batu bara terdapat aktivitas pengupasan tanah  penutup (sub soil/overburden)

dan tanah pucuk (top soil) untuk memperoleh batu baranya. Meskipun tanah tersebut telah dikembalikan ke lubang tambang setelah diambil kandungan batu baranya, kandungan unsur haranya akan menjadi turun (Fitriyanti, 2016). Hal itu akan membuat tanah bekas tambang batu bara sulit untuk dimanfaatkan khususnya untuk kegiatan pertanian karena unsur hara sebagai zat penting yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh kurang.

Tak hanya itu, dampak lain penggunaan batu bara adalah pada kegiatan pembakarannya saat digunakan dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Emisi gas buang yang dihasilkan dari cerobong PLTU dapat menjadi pembunuh senyap yang sangat berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. 

Dari data yang dikeluarkan oleh tim peneliti Harvard University--Atmospheric Chemistry Modeling Group terjadi kematian dini sekitar 6.500 jiwa tiap tahunnya karena pulusi udara yang ditimbulkan oleh PLTU batu bara. Jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi akan meningkat menjadi 15.700

 kematian tiap tahunnya jika pembangungan PLTU batu bara semakin banyak. Pada tahun 2008, pembakaran batu bara di Indonesia telah tercatat menghasilkan emisi sebanyak 50% dari emisi SO2 pada sektor energi, emisi PM10 sebanyak 30%, serta emisi NOx5 sebanyak 28% (Sabubu, 2020). Tentunya kondisi emisi sekarang lebih membahayakan lagi daripada pada tahun tersebut.

Dampak pembakaran batu bara terhadap lingkungan terkait dengan pelepasan miliaran ton karbon ke atmosfer dari hasil pembakarannya. Emisi karbon menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim di dunia. Apabila hal ini diteruskan, emisi karbon akan membuat suhu global semakin naik dan es lapisan es di kutub bumi semakin mencair. Hal ini menjadi ancaman yang semakin nyata dan harus segera ditangani.

Selain dampak--dampak terhadap lingkungan di atas, tren penggunaan kendaraan bertenaga listrik akan membuat kesediaan batu bara di Indonesia semakin menipis. Energi batu bara adalah salah satu energi yang non-- renewable sehingga suatu saat akan habis jika dipakai secara terus menerus. 

Dalam Jurnal Energi Baru & Terbarukan oleh Afin (2021), disampaikan bahwa cadangan batu bara Indonesia saat ini 37.604,66 juta ton. Jika kewajiban RUEN membatasi pembuatan batu bara hingga 400 juta ton per tahunnya, maka cadangan batu bara Indonesia 

diperkirakan dapat mencukupi untuk 97 tahun ke depan. Dengan produksi 616 juta ton batu bara pada 2019, cadangan batu bara Indonesia diperkirakan akan tersisa untuk 71 tahun ke depan. Namun, jika kebutuhan listrik semakin meningkat karena bertambahnya pengguna kendaraan bertenaga listrik, cadangan batu bara yang dimiliki Indonesia tentunya tidak akan bertahan hingga selama itu.

Jadi, meskipun sekarang ini kita memandang kendaraan bertenaga listrik sebagai sebuah terobosan baru yang ramah lingkungan, tentunya kita juga tetap harus memikirkan lagi mengenai dampak yang diakibatkan jika penggunaannya semakin luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun