Mohon tunggu...
Nurul Mahmudah
Nurul Mahmudah Mohon Tunggu... Guru - Generasi Sandwich Anak Kandung Patriarki

Si sanguinis yang sering dibilang absurd. Aku tukang rebahan yang berharap bisa memberikan perubahan untuk Negara.

Selanjutnya

Tutup

Love

Tentang Bahagiamu yang Dipaksa Hilang

14 April 2021   15:01 Diperbarui: 14 April 2021   15:12 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya tidak akan habis jika kita selalu membahas mengenai perjalanan hidup. Pasalnya hidup adalah tentang bagaimana kita berjuang, sedangkan perjuangan tidak akan berhenti sebelum denyut dan nafas berhenti. Bahagia berganti sedih, tawa berselimut tangis, bangkit yang diawali oleh keterpurukan. Konsep tatanan hidup menjadi seimbang dengan sendirinya, tanpa ada yang bisa merencanakan kecuali tuhan.

Mengutip dari film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" yang sempat ramai pada tahunnya, sosok awan memberikan tamparan yang "ngena banget" sampain ke dalam lubuk hati saya. Sedikit ada rasa sesak setelah mendengar narasi yang dia ucap. Begini bunyinya :

"Yang dicari, hilang. Yang dikejar, lari. Sampai kita lelah dan berserah. Saat itu semesta bekerja. Beberapa hadir dalam rupa sama. Beberapa lebih baik dari rencana." -- Awan.

Ada perasaan yang sangat bergejolak didalam diri saya, belum lagi disambung dengan pesan sosok "Kale" dalam film yang sama. Ia mengajarkan kepada semua orang bahwa kebahagiaan adalah tanggungjawab masing-masing. Sepintas mungkin rasanya tak asing dengan kalimat ini, tapi jika mau jujur pada diri sendiri, masih banyak dari kita yang masih menggantungkan kebahagiaan pada orang lain.

Inilah apa yang saya sebut dengan "bahagia yang dipaksa hilang". Betul, ketika kita menggantungkan atau berusaha mencari kebahagiaan dengan menghadirkan sosok lain diluar diri kita, maka bersiap saja bahwa "Bahagia yang sudah kau usahakan ukir dengan susah payah akan dipaksa hilang oleh waktu". Menyandarkan definisi bahagia pada pundak atau tangan orang lain bukanlah keputusan yang bijak untuk self love.

"Ah Bahagia Tak Perlu Dicari, Semua Datangnya Dari Hati, Dari Diri Sendiri," kata mereka (nyinyir).

Saya tak lagi mempercayai kalimat ini. Seperti yang saya katakan di awal, bahwa hidup bercerita tentang perjuangan, dan menemukan kebahagiaan adalah bagian dari proses perjuangan. Tak ada bahagia yang bisa timbul begitu instan di dalam hati kita. Rasa puas tak bisa begitu saja muncul dan menyinari sanubari. Semuanya, saya bilang "SEMUANYA" adalah proses dan diperlukan perjuangan untuk menggapainya.

Setelah membaca buku karya Elizabeth Gilbert yang berjudul "Eat, Pray, and Love", saya seolah menemukan definisi baru tentang kebahagiaan. Mengapa makna bahagia bisa berubah seiring berjalannya waktu?. Hal yang setahun lalu membuat saya sangat bahagia, namun terasa biasa saja atau bahkan bisa terasa memuakkan jika saya alami lagi hari ini. Dalam bukunya, Gilbert mengingat kembali nasihat dari seorang gurunya :

"Kebahagiaan merupakan konsekuensi dari usaha pribadi. Kita berjuang untuk itu, mengupayakannya, dan kadang-kadang bahkan melakukan perjalanan keliling dunia untuk mencarinya."

Inilah kunci jawaban dari seluruh pertanyaan saya tentang kebahagiaan. Tidak sedikit saya menerima komentar mengenai cara saya mencari kebahagiaan, dan ketika komentar itu menghampiritelinga saya, perasaan melankolis saya bekerja, "Apakah hanya saya yang sedang mencari kebahagiaan? Apa hanya saya yang berjuang untuk bahagia? Apakah orang lain tak berupaya untuk kebahagiaannya?".

Di sini, usaha saya dalam mencari kebahagiaan adalah usaha yang sangat baik. Jika kalian juga sedang dalam perjalanan mencari kebahagiaan, maka kalian juga manusia terbaik. Manusia yang tak menggantungkan kebahagiaan pada individu lain, dan manusai yang terbebas dari paksaan untuk melepas kebahagiaan suatu saat nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun