Mohon tunggu...
Nurul Khaliza
Nurul Khaliza Mohon Tunggu... -

Kunjungi: http://thenurulkhaliza.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahu La Galigo?

14 Januari 2012   13:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oke, berhubung saya adalah anggota baru di sini, terlebih dahulu saya ingin mengucapkan salam kenal untuk para kakak-kakak senior!

Well, membaca judul yang saya tulis di atas. Pasti sudah muncul beberapa pertanyaan di benak para pembaca, seperti;

La Galigo itu, apa?

Oke, mari kita uraikan.

Kenapa saya tertarik menulis tentang La Galigo? Bagi mereka yang merupakan darah asli Makassar, seperti saya, sedikit banyak, pasti tahu tentang La Galigo ini.

Dan aneh sekali saya rasa, kalau kita, masyarakat Indonesia merasa 'asing' mendengar La Galigo. Karena ternyata, La Galigo ini telah terkenal sampai Rusia.

La Galigo apaan sih? Jelasin dong!

Oke, jadi menurut situs http://lontaraproject.com/, La Galigo adalah;


  • Karya sastra epik terpanjang di dunia.
  • 300.000 baris teks dan 12 volume manuskrip
  • Sastra mengenai suku Bugis Makassar
  • Mengalahkan panjangnya Epik Mahabrata India
  • Kebudayaan asli Makassar, Indonesia, namun tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
  • Diakui UNESCO sebagai "Memory Of The World"


La Galigo ceritanya kayak gimana?

Karena La Galigo merupakan karya epik terpanjang, sangat tidak mungkin bagi saya untuk mengurainya di sini. Namun, saya bisa sedikit menguraikan cerita La Galigo menjadi lebih singkat menurut situs yang tadi saya berikan di atas.

Dahulu kala, orang Bugis memiliki kepercayaan tentang keberadaan dewa-dewi yang mendiami tiga dimensi berbeda. Dimensi pertama, Boting Langiq (Kerajaan langit). Dimensi kedua, Buriq Liu (Kerajaan bawah laut). Dimensi ketiga, berada diantaraya, atau merupakan bumi yang kita tempati.

Dan, Sawerigading, atau tokoh utama dalam la Galigo, merupakan keturunan keempat dari Raja Kerajaan Langit. Sawerigading lahir sebagai 'anak kembar emas', namun di pisahkan oleh Wé Ténriabéng yang merupakan kembarannya, karena di takutkan keduanya saling jatuh cinta.

Namun ternyata, ketakutan itu tetap terjadi, saat Sawerigading bertemu dengan Wé Ténriabéng di sebuah pesta dan akhirnya saling jatuh cinta. Dan Sawerigading meminang saudara kembarnya sendiri, Wé Ténriabéng.

Tapi karena hal itu menentang adat istiadat, Sawerigading akhirnya memutuskan berlayar menuju tanah cina. Ditemani pengawal dan ajudannya, Sawerigading berlayar untuk meminang gadis lain, I Wé Cudai.

Dari keseluruhan cerita, perjalanan Sawerigading-lah yang mendominasi, dan menjadi topik hangat para penikmat epik La Galigo. Epik La Galigo adalah rangkaian cerita dari keturunan Tomanrurung (anak-cucu para dewa) yang berisi petualangan seru, magis, dan penuh dengan drama.

Oke, itu soal La Galigo. Tapi masalahnya, kenapa saya membuat tulisan tentang La Galigo?

Karena, saya melihat beberapa bukti nyata, bahwa karya asli Indonesia ini, tidak begitu di kenal masyarakat. Padahal, La Galigo ini, bisa kita sederajatkan dengan Batik, Keris, Reog, dan berbagai karya seni lainnya dari Indonesia.

Mari lestarikan budaya Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun