Penerapan Sistem Informasi Manajemen dalam Pendidikan di IndonesiaÂ
Di Indonesia sendiri, awal penerapannya masi sederhana yaitu sebatas pengelolaan data akademik dan keuangan. namun, seiring berjalannya waktu pemerinta mulai memperkenalkan sistem yang lebih terintegrasi, seperti DAPODIK (data Pokok Pendidikan) yang dikelola oleh Kemendikbudristek untuk sekolah umum dan EMIS (Education Management Information System) untuk lembaga pendidikan islam yang dikelola oleh Kementrian Agama (Kemenag).
Sistem-sistem tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat pendataan dan sumber data utama yang saling melengkapi untuk perencanaan, tetapi juga menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan pendidikan nasional. Menurut penelitian Fadhilah dan Nugraha (2021) dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Indonesia, keberadaan Dapodik dan EMIS terbukti meningkatkan akurasi data serta mempercepat proses pengambilan keputusan berbasis bukti di tingkat sekolah maupun Kementrian.
Penelitian oleh Putri & Kurniawan (2022) dalam Jurnal Teknologi Pendidikan menjelaskan bahwa pandemi menjadi momentum penting dalam percepatan penggunaan SIM. Banyak lembaga akhirnya sadar betapa pentingnya sistem yang mampu mengintegrasikan data akademik, keuangan, serta kegiatan pembelajaran dalam satu platform terpadu. Sekarang, banyak sekolah mulai memanfaatkan sistem berbasis cloud dan aplikasi mobile agar data bisa diakses secara real-time. Tidak hanya memudahkan guru dan tenaga administrasi, tapi juga memberikan kesempatan bagi orang tua untuk memantau perkembangan belajar anak mereka secara langsung.
Manfaat dan Tantangan Penerapan SIM
Tidak bisa dipungkiri, penerapan SIM membawa banyak manfaat. Data yang tersimpan dengan baik meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas lembaga pendidikan. Guru bisa lebih fokus pada proses belajar mengajar karena sebagian besar beban administrasi telah terbantu oleh sistem. Tetapi, tidak semua sekolah dapat beradaptasi dengan mudah. Tantangan utama biasanya terletak pada kemampuan sumber daya manusia dan keterbatasan infrastruktur. Beberapa sekolah di daerah terpencil masih kesulitan mendapatkan akses internet yang stabil. Di sisi lain, ada pula tenaga pendidik yang belum terbiasa menggunakan sistem digital secara optimal (Hidayat et al., 2023). Di sinilah pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Sistem Informasi Manajemen tidak seharusnya berhenti pada formalitas administrasi semata, tapi perlu dimaknai sebagai sarana nyata untuk meningkatkan mutu pendidikan dan membangun tata kelola sekolah yang lebih terbuka dan partisipatif.
KESIMPULAN
Perkembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah cerminan dari evolusi panjang manusia dalam mencari cara paling efektif untuk mengelola, memahami, dan menyebarkan informasi. Dari komputer berukuran besar di tahun 1950-an hingga aplikasi pendidikan berbasis cloud dan smartphone masa kini, SIM telah menjadi tulang punggung tata kelola pendidikan modern yang efisien, transparan, dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Namun, kemajuan teknologi informasi ini tidak boleh dimaknai secara teknis semata. Transformasi digital dalam pendidikan sejatinya adalah transformasi budaya, dalam artian dari budaya manual menuju budaya data dan kolaborasi. Tantangan terbesar bukan lagi pada kemampuan teknologi, melainkan pada kesiapan manusia di balik sistem itu sendiri: guru, tenaga kependidikan, hingga pengambil kebijakan. Tanpa kemampuan literasi digital dan kesadaran akan pentingnya data, maka secanggih apa pun sistem yang dibangun, ia hanya akan menjadi etalase tanpa ruh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI