Mohon tunggu...
Nurul Hanifah
Nurul Hanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menulis adalah pelarian. Pelarian yang membuatku terlalu nyaman dengannya dan tak ingin beranjak darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rehat

23 Januari 2021   08:26 Diperbarui: 23 Januari 2021   08:36 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Flickr.com

Hari minggu yang kelabu. Awan hitam dengan gagahnya menggelanyuti langit pagi ini. Membuat siapapun menjadi enggan melakukan apa pun. Bantal dan selimut memanjakan mata, merayu tubuh siapa saja untuk memaksanya membelainya.

“oh, malasnya,” kataku.

Rasanya diri ini terlalu rapuh bahkan hanya untuk melangkahkan kaki untuk sekadar ke kamar kecil. Uhh. Diri seolah seperti bakteri. Bakteri yang cenderung terhentikan ruang gerak dan daya geraknya karena dingin. Dingin pagi ini juga.

Angin dengan semilir mewarnai pagi ini. Lantas tanpa permisi hujan mengikutinya. Rasanya malas ini telah menggeluti tubuhku. Pikiranku terus bertanya, adakah hal yang benar-benar ingin kulakukan. Adakah alasan yang membuatku berhak untuk malas, sedang aku tak tau harus apa. Mungkin kau bertanya, tak adakah pekerjaan yang memang harus aku lakukan? Maka akan aku akan jawab ada. Namun niatan ini masih terperangkap dalam perangkap rasa malas.

Pikiranku masih melayang. Oh apakah kau merasakan hal yang sama denganku? Adakah sedikit rasa rindu padaku yang terbesit di kepalamu. Ahh.

Lagu Rehat milik Kunto Aji melantun lembut dalam balutan dingin dan rasa yang sedang tak karuan.


Yang dicari hilang
Yang dikejar lari
Yang ditunggu
Yang diharap
Biarlah semesta bekerja
Untukmu…
(Rehat – Kunto Aji)


Aku hanya tak mengerti. Setiap takdir yang memang harus aku terima. Apa aku memang harus rehat. Rehat untuk memikirkannya dan mencoba berdamai dengan setiap rasa yang aku benahi di hati. Dan biarkan semesta yang bekerja. Oh sungguh beratnya.

Hujan di luar masih mengalir dengan lembutnya dari atap. Membuatku ingin sekali untuk menjadi sepertinya. Mengalir. Tanpa memikirkan jejak yang aku tinggalkan. Uhh.
***

Kugapai handphone di meja. Entah hanya sekedar mengecek aplikasi pesan. Eh bukan berarti berharap pesan darimu, aku hanya ingin saja melakukannya. Men-scroll entah itu pesan dari minggu, bulan atau tahun lalu. Pesan dari teman yang sekadar bertanya tentang materi kemarin, pesan teman yang memberi rekomendasi bacaan atau bahkan pesan dari teman yang entah pokok bahasannya, yang ternyata ukup panjang hingga menonton story di aplikasi pesan itu satu persatu, dan hanya tentang hujan yang baru saja terjadi.

Kau pernah bertanya padaku, “Kenapa kamu  menyukai hujan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun