Al-Qur'an merupakan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Mukjizat tersebut hingga hari kiamat akan menjadi bukti akan kebenaran agama dan syariat yang dibawa oleh beliau. Keabadian eksistensi dan fungsi inilah yang menjadi kelemahan bagi pengingkaran yang telah dipelopori oleh para kufar, baik yahudi maupun nasrani.Â
Mukjizat merupakan suatu hal yang luar biasa yang selalu disertai dengan tantangan dan menghasilkan keselamatan dari perlawanan yang ada. Umtuk itu al-Qur'an yang merupakan mukjizat sudah menjadi tantangan besar bagi musuh Allah untuk meningkari aturan Allah. Salah satu yang  tantangan yang diberikan Allah memalui fakta keberadaan dan keabadian al-Qur'an adalah ketidakmampuan mereka untuk menduplikasi al-Qur'an. Hal ini jelas tersurat di dalam al-Qur'an, yang berbunyi:Â
(Surat al-Baqoroh, ayat 24).
Artinya: "Maka jika kamu tidak dapat membuatanya dan pasti kamu tidakan akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir".Bukti kemukjizatan a-Qur'an dari sudut pandang bahasa juga memiliki aspek-aspek tersendiri yang menjadi bagi seluruh manusia diantaranya: Â (1). Aspek balaghoh al-Qur'an, (2). Aspek ijaz al-Qur'an dan (3). Apek Isi'arah al-Quran. Salah satu unsur ijaz al-Qur'an yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah iltifat.
Pengertian Iltifat
Iltifat secara etimologi terambil dari beberapa kata bahasa arab , yang diartikan sebagai transformasi atau perpindahan dari satu sisi kepada sisi yang linnya. Sebagai contoh penggunaan dalam bahasa arab yaitu, Â
" : Â ".[1]
Maka jika ditinjau dari aspek bahasa, iltifat digunakan dalam pemaknaan perbuatan, yang dengan jelas menunjukan perpindahan dari satu arah ke arah yang lainnya. Namun begitu  para sastrawan balaghoh menetapkan bahwasanya iltifat dalam konteks ini terbatas pada perkatan bukan perbuatan. Sebenarnya, para sastrawan banyak yang mendifinisikan iltifat, namun begitu pengertian yang mereka kemukakan belum menjadi difinisi yang komprehensif.Â
Menurut beberapa ahli yang menjadi penulis buku mausu'ah al-Qur'aniyah al-Mutakhashashah,[2] salah satu ahli yang mendifinisikan iltifat dengan rinci adalah al-Khatib al-Qazwini> Kemudian difinisi tersebut dipakai oleh kebanyakan ahli pada zaman sesudahnya. Difinisi yang dikemukakan oleh beliau yaitu: "Pengungkapan perkataan dari sudut pandang orang pertama, kedua, dan ketiga, setelah sebelumnya menggunakan ungkapan dari salah satu diantara ketiganya. Selain itu, Pengertian yang dikemukakan Abdul Qadir Husein yaituÂ
Â
"Perpindahan atau perubahan bentuk kata ganti dalam suatu tuturan dari kata ganti orang ketiga, atau orang kedua, atau orang pertama menjadi bentuk kata ganti yang lain dari bentuk-bentuk tersebut, dengan syarat kata ganti yang digunakan tetap kembali kepada salah satu diantara ketiga kata ganti tersebut. atau Definisi ini kemudian menjadi landasan pembagian jenis".[3]