Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Batik Bakaran yang Tidak Dibakar

6 Oktober 2019   14:36 Diperbarui: 6 Oktober 2019   16:13 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Manusia berpakaian pada hakekatnya  menutupi aurat, minimal melindungi bagian  vital dan dianggap tabu sehingga orang lain terlarang untuk melihatnya. Perkembangan pakaian yang melekat di kulit manusia adanya keinginan  agar estetika juga menyertainya, tidak hanya sekadar  kain digulungkan ke tubuh. Nenek moyang orang nusantara terkenal dengan budayanya membuat gambar-gambar pada kayu, batu,dan  candi mencoba mentransfernya ke pakaian yang dikenakan agar lebih indah sekaligus memberikan nuansa sakral.

Dan bentukan estetika yang digambarkan di pakaian  itu kita kenal dengan batik. Dari  kata bahasa Jawa amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik (wikipedia). Di Indonesia sendiri hampir tiap daerah mempunyai kerajinan batik. Dan kekhasan motif adalah kekayaan  budaya lokal yang dimiliki. Budaya itu sendiri mewakili tingkat kecerdasan dan kemajuan pola hidup yang dimiliki oleh penganutnya. Sehingga kecerdasan itu juga akan mencerminkan kearifan-kearifan yang dimiliki oleh masyarakatya.

Pengalaman mengenal batik yang berbeda saya alami sendiri saat pertama berdomisili di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sebelumnya, sebagai pendatang dari Klaten yang hampir setiap hari melihat orang berpakaian batik model Solo, paling banter model  dari Pekalongan kemudian menyimpulkan ya memang itu model batik di Indonesia. Itu dulu tahun 90-an. Tetapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri kalau di Pati juga ada model batik yang mempunyai kekhasan pada bagian motif maupun warna yang lebih ngejreng.

Nama batik khas Pati adalah, Batik Bakaran. Saat mendengar pertama kali yang terlintas di pikiran adalah jenis batik cara membuatnya dengan dibakar, didekatkan dengan api, atau dipanaskan  paling tidak proses membuatnya dengan cara tidak jauh dari yang berbau api. Ternyata praduga saya  salah. Bakaran adalah suatu nama daerah di Pati, tepatnya di wilayah Juwana. Karena daerah tersebut asal dari batik berkhas tertentu dan mecirikan lokal yang kuat yang berasal dari Pati maka disebut dengan batik Pati Bakaran.  Kemudian lebih dikenal dengan sebutan batik Bakaran.

Konon cerita, batik mulai ada di Pati dibawa oleh nyi Bakaran pada abad ke 14.  Nyi Bakaran atau ada yang menyebutnya Nyi Banowati, namun saya lebih menyukai nama Nyi Bakaran kalau nama -Banowati seolah-olah seorang perempuan yangmenyukai lelaki lain (Arjuna) padahal sudah memiliki Duryudono.  Hehehehe....

Pada awal usaha batik ini menjadi milik keluarga Nyi Bakaran dan dikembangkan  oleh keluarga secara turun- temurun hingga sekarang. Namun, usaha batik yang dirintis oleh Nyi Bakaran ditiru juga oleh orang --orang yang pada awalnya bekerja pada Beliau dan keluarganya. Sehingga usaha batik bakaran berkembang  tidak lagi monopoli keluarga Nyai Bakaran tetapi telah menjadi kerajinan milik umum dan sekarang menjadi trade mark.

Ciri khas batik batik Bakaran ada pada sisi penonjolan  kekayaan lokal Pati dari Kuluk Kanigoro, Keris Rambut Pinutung, Genuk Kemiri, dan motif motif lain yang menceritakan keberadaan Pati yang pada awalnya adalah kerajaan juga. Perpaduan yang paling mencolok adalah warna dasar dari batik bakaran yaitu warna putih, hitam, dan coklat.Suatu arti dari warna yang tegas, apa adanya. Karena memang itu kira-kira yang ingin disampaikan kepada khalayak lewat pemakainya.

Motif  batik bakaran mempunyai banyak ragam. Misalnya motif kawung, kawung Campur, rawan, sido mukti, blabak, blabak ladarang, dan masih banyak lainnya. Saya ambil contoh makna orang yang memakai batik kawung adalah umur yang panjang dan kesucian sesuai dengan buah kawung atau lotus yang merekah.

Jadi, kalau kita memakai batik dengan sendirinya kita menyadari bahwa batik tidak hanya sekedar tulisan titik-titik yang dirangkai pada selembar kain. Lebih dalam dari itu adalah pemaknaan sejarah dan maksud kita menggunakan batik. Misalnya kita menggunakan batik kawung ketika menghadap orang penting agar doa mereka yang dipanjatkan kepada Tuhan juga dapat sampai kepada kita. Atau kita menggunakan batik sido mukti, adanya keinginan dengan bekerja maka kita benar-benar menjadi mulia dan sejahtera.

Artinya setiap kita memakai  batik  ada spirit yang menyertainya. Di sinilah letak keunggulan batik yang merupakan ciri khas pakaian tadisional Indonesia tidak hanya sekedar berapakaian tetapi ada nilai filosofi pada baju yang dikenakan.  

(Pati, 6 Oktober 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun