Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bijaklah Saat Bermain Bola

19 September 2019   14:50 Diperbarui: 19 September 2019   17:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat tengah menunggu pertandingan sepak bola antara Indonesia dan North Mariana di stasiun televisi swasta nasional, gawai  dari twiter mengabarkan kalau ada menteri yang dijadikan tersangka. Segera aku pindah chanel televisi meyakinkan apakah berita itu benar.  

Ternyata warta itu sangat gamblang karena tidak hanya satu stasiun namun kebanyakan juga menyiarkannya. Dalam pikirku semoga para garuda belia tidak menonton televisi sebelum pertandingan itu. Meskipun tidak banyak berpengaruh dengan tim, namun berita yang sedikit gempita itu akan masuk ke dalam benak mereka.

Bagaimana nanti, bagaimana bertandingnya sempat ada dalam pikiran saya. Dan ketika pemain masuk ke tangah lapangan di Gelora  Madya Bung Karno kekhawatiran sedikit terkikis. Mereka menginjakkan kaki seperti Columbus di benua Amerika penuh semangat dan percaya diri. 

Tibalah peluit pertama dibunyikan dan garuda belia menyentuh bola untuk pertama kali segera kekhawatiran  itu lenyap saat Marselino Ferdinan menceploskan si kulit bundar ke gawang lawannya. Belum juga sagarudaya menelaah gol pertama tadi pada menit ke sepuluh Aditya Dafa Al-Hadi membobol jala lawannya. 

Selanjutnya pertandingan hanyalah pertunjukan garuda belia mencundangi lawannya. Dan North Mariana hanya berlari-lari tidak tahu ke mana harus menendang bola. Pertandingan hampir setengah main dan kemenangan  sudah lebih dari 4 gol. Empat gol sudah bola yang masuk ke gawang lawan artinya sudah sama dengan bola yang dimasukkan ke gawang Filipina pada pertandingan pertama.

Bagaimana buasnya garuda muda mencengkeram lawannya seakan-akan mereka memang harus dihabisi sebagai mangsa terakhir. Padahal perjalanan masih panjang dan mangsa masih banyak. Jikalau tenaga sudah dihabiskan ditengah jalan dan musuh sudah tahu jurus-jurus yang dimainkan maka lawan pun sudah menyiapkan jurus-jurus untuk mempertahankan diri kalau bisa menyerang balik yang sanggup menghancurkan garuda belia kita. Bukan tanpa cela anak-anak kita ini, yang paling menonjol sifat kelemahan mereka adalah  meremehkan lawan.

Ketika sang garuda belia sudah menang jauh dengan keunggulan 6-0, keterlenaan karena menganggap lawan sudah menyerah dengan pikiran tidak mampu main sampai ke garis belakang Indonesia. Nyatanya pada menit-menit akhir babak pertama usai hanya lewat tiga operan Jim Kurt mampu melesakkan bola dengan sangat keras ke gawang Indonesia. Suatu kelengahan para pemain Indonesia yang kemudian gol satu-satunya dari North Mariana dirayakan dengan sorai lepas karena mampu membobol lawan.

Setelah turun minum saya lihat sifat meremehkan lawan sudah berkurang, namun penyakit yang menjangkiti semua pemain karena merasa menjadi bintang atau namanya ingin tertulis di papan pencetak gol adalah egois.  Sang Bima Sakti sebagai Jenderal Lapangan tengan saat bermain menyadari betul akan hal itu, bahkan setelah menjadi pelatih pun saya yakin coach Bima menekankan menghilangkan ego sentris yang berlebihan. 

Ego memang diperlukan agar orang itu mempunyai kepercayaan dan pembuktian diri kalau dirinya memang ada. Namun ketika sebelas orang dalam satu di tim mendahulukan egonya yang terjadi adalah permainan individu. ini permainan kolektif dik.....bukan catur.

Sejatinya dari fisik, teknik, maupun oraganisasi permainan garuda belia kita sudah cukup mumpuni hanya kesabaran yang harus selalu ditanamkan agar dalam permainan tidak menjadikan gol sebagai orientasi tetapi menjadikan olah raga sepak bola ya hanya sebatas permainan. Kalau melihat lawan jauh di bawah kita akan sangat bijaksana kalau tidak dihabisi hingga di atas tujuh gol. 

Kalau perlu ajari mereka untuk bermain bola di tengah lapangan bola dikasihkan kemudian direbut kembali. Kalau sudah di tengah daerah pinalti kembalikan lagi ke tengah terus ke kiper kita. Mainkan lagi bola ajak lawan untuk menyenangi bola.  Bijaklah dalam bermain untuk menjadi bijak memang dibutuhkan official yang sangat super bijak. Selamat bertemu dengan kemenangan berikutnya. Jaya sepak bola Indonesia.

(Pati, 19 September 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun