Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Tepatkah Pilihan Sekolah untuk Si Kecil? (Catatan Menyongsong Tahun Ajaran Baru)

8 Februari 2017   15:00 Diperbarui: 8 Februari 2017   15:26 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam sebuah buku karya Thomas Armstrong yang pernah saya baca, dikemukakan bahwa semua jenis ujian yang diberikan pada anak-anak sebelum usia 8 tahun tidak akan memberikan manfaat bagi siswa. Dan tentang PR, dikemukakan juga bahwa siswa baru akan memperoleh manfaat mengerjakan Pekerjaan Rumah pada usia SMP, dan manfaat itu meningkat ketika mereka SMA.

Kemudian saya teringat sebuah pengalaman berbincang dengan seorang siswa dari Jerman, yang mengikuti pertukaran pelajar di SMA saya dulu. “Sekolah di Indonesia sangat berat!” begitu keluhnya. “Pelajaran-pelajaran di Jerman tidak sesulit pelajaran di sini!”

Namun, coba kita jawab dengan sejujurnya. Apakah dengan kurikulum yang sedemikian “advance” tersebut, Indonesia telah lebih maju dari Jerman dalam realitanya?

“Apa yang salah dengan belajar? Kan bagus, anak-anak kita jadi nggak sempat keluyuran?” begitu tanya beberapa orang tua. Nah, itulah. Anak kita jadi nggak pernah “keluyuran” dan nggak pernah belajar selain di sekolah. Anak-anak kita sangat fasih berbicara tentang materi pelajaran, namun mereka tak tahu siapa pak RT mereka dan di mana gerangan rumahnya. Anak-anak kita berani mempresentasikan karya ilmiah sains mereka, namun tak mampu mendeteksi duka kerabat ataupun kesedihan tetangga.

IQ, EQ, SQ, AQ dan QQ yang Lain

Hehehe. Para orang tua mungkin sangat familier dengan QQ ini. Saya juga cukup sering diminta para orang tua untuk membantu mereka mengetahui potensi anak-anak mereka. Jujur, Tes IQ sampai detik ini merupakan salah satu kegiatan terpopuler para psikolog, termasuk saya.

Ada yang salah dengan tes IQ? Tentu tidak. Namun, tentu kita tahu kalau IQ bukanlah segala-galanya. EQ misalnya. Tidak semua angka-angka cantik itu kita bisa tingkatkan dengan belajar mata pelajaran. AQ misalnya. Bagaimana kita berharap para anak-anak memiliki tingkat resiliensi dan ketangguhan yang tinggi apabila kita tidak pernah mengizinkan mereka belajar di luar? Kita ingin memiliki anak-anak yang tahan banting, namun kita tak sedikitpun memberikan mereka kesempatan “terbanting”… lalu, menurut Anda?

Pesan untuk Para Orang Tua

Silahkan untuk memilih jalur pendidikan terbaik untuk anak-anak kita.The choice is yours. Saya tak merasa ada perlunya memberitahu apa list DO’s dan DON’T’s untuk Anda, para orang tua era digital. Hampir semua hal bisa kita tanyakan pada Mbah Google. Dan hampir semua hal kita bisaOutsourching-kan. Namun, coba kita renungi lagi langkah-langkah kita terkait pendidikan bagi buah hati kita. Relakah kita menjatuhkan pilihan pada tipe sekolah yang tidak ramah pada anak-anak kita? Sudah tegakah kita memasukkan anak-anak kita ke sekolah-sekolah yang sejak awal masuk memberlakukan screening terhadap para calon siswanya di era inklusif ini? Sudah yakinkah kita bahwa anak-anak kita akan memperoleh pengalaman positif di usia belia mereka?

Mari kita renungkan, dan jawab dengan sejujurnya. Dari kejernihan hati dan kebeningan kognisi. Selamat datang tahun ajaran baru!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun