Mohon tunggu...
Nurul Fitriyani
Nurul Fitriyani Mohon Tunggu... -

saya anak ke 4 dari 4 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rimpu Budaya yang terlupakan karena modernisasi

9 Maret 2015   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bima adalah salah satu daerah yang ada di bagian timur NTB Indonesia. Bima mempunyai salah satu budaya  yaitu rimpu.

Rimpu, banyak yang belum begitu mengenal serta memahami kebudayaan masyarakat Bima yang satu ini. Rimpu merupakan salah satu model pakaian adat yang diperuntukkan bagi wanita muslim di Bima, Nusa Tenggara Barat.

Seperti halnya Jilbab dalam islam, memakai Rimpu terdiri dari dua kain sarung yang berfungsi untuk menutupi aurat kaum perempuan yang hampir menutupi seluruh bagian tubuh pada kaum perempuan. Kain yang pertama digunakan untuk menutupi bagian atas wanita mulai kepala hingga pinggang, sedangkan lainnya untuk menutupi bagian bawah dari mulai pinggang hingga mata kaki.

Sebenarnya, model pakaian adat Bima ini telah dimulai sejak lama. Bahkan beberapa sumber di Dana Mbojo (daerah di Bima) menyatakan, model pakaian ini telah diadopsi semenjak islam masuk ke timur Indonesia. Kain sarung khas Bima sendiri sering dinamakan tembe nggoli.

Rimpu digunakan kaum wanita tidak hanya untuk melindungi dari panas terik siang hari maupun dinginnya malam hari. Namun,juga bermanfaat untuk melindungi dari gangguan lelaki yang seringkali melakukan hal yang tidak diinginkan.

Cara berpakaian Rimpu pun dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1.Rimpu Mpida, jenis ini diperuntukkan untuk wanita yang masih perawan dan belum berkeluarga. Seringkali orang-orang menyebut cara memakainya menyerupai cadar dalam pakaian Timur Tengah. Seluruh bagian wajah ditutupi oleh kain kecuali mata, hal ini tentu sesuai dengan ajaran Islam yang memerintahkan untuk menutup aurat bagi wanita muslim.

2.Rimpu Colo, menyerupai pakain wanita berhijab modern masa kini, yaitu tampak seluruh bagian muka. Namun, bedanya jika di Bima yang memakai jenis seperti ini menandakan wanita yang telah berkeluarga.

Pakaian adat Rimpu masyarakat Bima merupakan salah satu budaya religius yang harus dilestarikan masyarakat khususnya di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Seiring perkembangan zaman, keberadaan rimpu hampir terlupakan. Malah, beberapa tahun terakhir, sebagian besar masyarakat Bima yang beragama Islam beralih mengenakan jilbab dengan trend mode yang bermunculan. Parahnya, generasi-generasi sekarang sudah banyak yang tak mengenal rimpu. Kalaupun ada, mereka tak mengerti cara penggunaannya. Wanita Bima masa kini menganggap orang yang mengenakan rimpu sebagai wanita kolot dan kampungan.

Saat ini, wanita Bima yang mengenakan Rimpu masih bisa ditemukan di daerah-daerah seperti di Kecamatan Wawo, Sape, Lambitu, Wilayah Kae (Palibelo, Belo, Woha dan Monta), juga di Kecamatan Sanggar dan Tambora Kabupaten Bima.

Salah satu contohnya dapat dilihat di wilayah donggo tepatnya di desa sambori yang masih melestarikan budaya rimpu sebagai pakaian sehari-hari dalam menjalani kehidupan bukan hanya rimpu saja tetapi di desa sambori masih tradisional bangat dalam menjalankan kehidupa sehari-hari, untuk membuktikannya tidak perlu kita ke sana cukup hanya dengan membuka situs berbagi video youtube dengan mencari suku sambori.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun