Mohon tunggu...
Nursuci Hakiki Alfianti
Nursuci Hakiki Alfianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PAI-A Reguler Semester 2 IAIDU Asahan

اَللّهُمَّ يَسِّرْ وَ لَا تُعَسِّر

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rintangan Manusia dalam Berfikir ditulis oleh Nursuci Hakiki Alfianti dan Suci Andriani

23 Februari 2021   00:07 Diperbarui: 23 Februari 2021   00:31 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelum melakukan aktivitas, setiap manusia pasti mengalami proses berfikir. Berfikir adalah sarana atau cara untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses berfikir, seringkali kita dihadapkan pada suatu rintangan sehingga sasaran dan capaian yang hendak dituju agak tersendat bahkan dapat menyesatkan kita.


Francis Bacon (1564-1626) menyarankan agar menghindari empat macam idola atau rintangan dalam berfikir yang disebutnya Idols of the Mind, yang terdiri atas Idols of the Tribe, Idols of the Cave, Idols of the Market dan Idols of the Theater.


1.Idols Of The Tribe


Menurut C. Verhaak S.J, dan R. Haryono Imam (1991:143), idols of the tribe atau berhala suku adalah kekeliruan--kekeliruan yang disebabkan oleh kecenderungan--kecenderungan yang melekat dalam sifat diri manusia. Hal ini terbukti ketika manusia yang cenderung mengukur dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mendasarkan pandangannya pada realitas yang dilihatnya. Akibatnya manusia mengabaikan objek yang dilihatnya karena manusia menerapkan ukuran yang sebenarnya tidak ada pada sesuatu itu.


Sedangkan menurut Bacon (1620:Pasal XLI), idols of the tribe merupakan berhala dari suku yang memiliki dasar dalam sifat manusia itu sendiri, dan dalam suku atau ras manusia itu sendiri. Ini adalah pernyataan yang salah bahwa akal manusia adalah ukuran segala sesuatu. Sebaliknya, semua persepsi serta indera seperti halnya pikiran didasarkan menurut ukuran individu dan bukan menurut ukuran alam semesta. Dan pemahaman manusia seperti cermin palsu, yang menerima sinar secara tidak teratur, dan mengubah warna sifat benda dengan mencampurkan sifatnya sendiri dengannya.


Berdasarkan pendapat di atas Idols of the tribe merupakan dasar dalam alam manusia sendiri. Untuk itu sebuah kesalahan, manakala kita menganggap bahwa perasaan manusia adalah ukuran dari segala sesuatu karena persepsi manusia itu sesuai dengan ukuran individual dan belum tentu sesuai dengan ukuran universal. Oleh karena itu dalam menggunakan metode induksi jangan sampai terjebak pada pemikiran yang dangkal tetapi diperlukan eksperimen.


Idols of the tribe ini bersumber pada sifat dasar manusia sendiri yaitu setiap manusia mesti terikat pada lingkungan kesukuan, ras, atau golongan-golongan. Manusia cenderung untuk setuju terhadap hal-hal yang sesuai dengan dirinya sendiri. Dengan demikian mereka dengan mudah sampai pada kesimpulan dan tidak mengetahui bukti-bukti yang saling bertentangan. Hal ini secara khusus dapat terjadi apabila melibatkan kepentingan ras, suku atau kelompok. Temperamen seseorang mungkin ditentukan oleh jabatan atau status sosialnya. Orang suka bekerjasama dengan mereka yang memiliki selera dan pandangan yang sama. Kelompok orang-orang tertentu cenderung untuk menerima kesimpulan--kesimpulan yang sama dan berbagai kepentingan kemungkinan dapat menguasai mereka.


Pemikiran manusia yang mengalami idols of the tribe ini akan senantiasa merujuk dan berpegang teguh pada pemikiran kelompok, dan golongan tertentu yang diyakini kebenarannya. Tanpa sekalipun ia menaruh kecurigaan terhadap validitas dan kelayakan hasil pemikiran kelompoknya itu. Setiap pemikiran orang lain yang berbeda dengan hasil pemikiran kelompok yang dianutnya, dianggap salah dan tidak bernilai. Kondisi inilah yang senantiasa memicu perselisihan dikalangan umat islam, karena sebagian besar kaum muslimin lebih suka memegangi hujjah kelompok / golongannya tanpa disertai pemahaman yang memadai validitas dan ketepatan hujjah imam madzhabnya. Dan yang lebih para dari semua itu adalah fanatisme buta pada imam madzhabnya, sekalipun seseorang mampu mengenali bahwa hujjah imamnya lemah, namun karena fanatisme yang berlebihan pada sang imam, ia lebih suka mengikuti gagasan imamnya. Sebagaimana yang disinggung oleh al 'Allamah Syah Waliyullah al Dihlawi (Tt : 90) berikut ini :  "...Sungguh mengherankan, para ulama yang taqlid itu sebenarnya mengetahui bahwa argumen imamnya lemah dan dia tidak mampu untuk mempertahankannya, akan tetapi ia tetap saja taqlid. Dan dia meninggalkan pendapat ulama lain yang jelas, yang berdasarkan al--Qur'an dan al Hadis ataupun berdasarkan Qiyas yang Shahih, hanya karena kefanatikannya dalam bertaqlid..."


2.Idols Of The Cave


Menurut Ali Maksum (2011:121-122), Idols of the cave atau berhala gua adalah kekeliruan--kekeliruan yang disebabkan subjektivitas manusia yang cenderung prejudice (berprasangka), terlalu yakin pada anggapannya sendiri yang dipengaruhi oleh watak, pendidikan, pembacaaan, pengaruh-pengaruh khusus yang tertanam dalam diri manusia.


Sedangkan menurut Bacon (1962:Pasal XLII), idols of the cave merupakan berhala dari individu manusia. Karena setiap orang memiliki gua atau sarangnya sendiri, yang membiaskan dan mengubah warna cahaya alam, baik karena sifatnya yang tepat dan khas; atau untuk pendidikan dan percakapannya dengan orang lain; atau membaca buku, dan otoritas orang-orang yang dia hargai dan kagumi; atau perbedaan kesan, karena itu terjadi dalam pikiran yang sibuk atau dalam pikiran yang acuh tak acuh dan mapan; atau sejenisnya. Sehingga ruh manusia (menurut yang diberikan kepada individu yang berbeda) sebenarnya adalah sesuatu yang bervariasi dan penuh gangguan, dan diatur sebagaimana adanya secara kebetulan.


Berdasarkan pendapat di atas idols of the cave adalah berhala bagi setiap individu, dimana dalam memahami realitas alam terkadang pemikiran manusia menjadi bias sehingga terkadang pemahaman manusia tersebut bisa keliru dalam menangkap realitas.


Manusia ibarat sebuah gua (cave) yang memberikan identitas pada dirinya. Kita cenderung berfikir dan merefleksikannya pada diri kita sendiri, sehingga informasi yang paling benar adalah diri kita sendiri. Manusia cenderung meninjau dirinya sebagai pusat dari dunia sekelilingnya. Semua penafsiran ditentukan oleh sudut pandang pribadinya yang terbatas.


3. Idols Of The Market


Idols of the market atau berhala pasar adalah kekeliruan-kekeliruan yang disebabkan karena manusia terlalu percaya pada bahasa atau kekuatan kata-kata. Idols of the market ini adalah idols yang paling berbahaya. Acuannya adalah pendapat orang yang diterimanya begitu saja sehingga mengarahkan keyakinan dan penilaiannya yang tidak teruji.


Menurut Diski Ibrahim (2017:92), idols of the market yaitu kesepakatan awam yang mengekang kata istilah dan konsep untuk bisa bebas berkembang.


Bacon (1962:Pasal XLIII), mengatakan bahwa Idols of the market merupakan berhala yang dibentuk oleh pergaulan pria satu sama lain, karena perdagangan permaisuri pria di sana. Melalui wacana pria bergaul, kata-kata dipaksakan sesuai dengan pemahaman yang vulgar. Dan karena itu pilihan kata-kata yang tidak cocok secara langsung menghalangi pemahaman. Beberapa orang terpelajar tidak biasa menjaga dan membela diri dalam mengatasi masalah dengan cara yang benar. Tapi kata-kata dengan jelas memaksa dan mengesampingkan pemahaman, dan membuang semua ke dalam kebingungan, dan membawa orang pergi ke dalam kontroversi dan fantasi kosong yang tak terhitung jumlahnya. Berdasarkan pendapat di atas bahasa dan pemakaian kata-kata yang sering kita gunakan sehari-hari kadang juga dapat menyesatkan kita. Dualisme arti dari kata atau pun bahasa yang sering kita tulis atau kita pakai sehari-hari kadang bisa jadi sebuah persepsi negative di fikiran orang lain.


Idols of the market ini timbul karena penggunaan kata-kata dan nama-nama dalam pembicaraan sehari-hari. Pemilihan kata-kata yang jelek dan tidak tepat dapat menimbulkan pemikiran yang sesat. Hal ini dapat terjadi bila manusia menggunakan kata-kata yang kabur, bermakna ganda (ambigous) dan emosional. Kata-kata seperti orang komunis, orang Islam, kelompok radikal, gerakan ekstrim artinya mungkin tidak jelas. Kata-kata itu dapat membangkitkan emosi dan menimbulkan perilaku yang salah bila diterapkan.


Idols of the market sering menggnggu kejernihan arus pemikiran manusia akibat banyaknya orang / pemikir / filsuf / cendikiawan yang pendapatnya ia dengar / pelajari sehingga ia merasa kesulitan untuk menentukan pendapatnya, hasil pemikirannya itu tidak berdasarkan pemikirannya yg orisinil melainkan berdasarkan pendapat banyak orang.


4.Idols Of The Theater


Idols of the theater atau berhala panggung adalah kekeliruan-kekeliruan manusia yang cenderung percaya pada pengetahuan yang bersumber pada tradisi atau budaya yang telah diwariskan secara turun temurun tanpa pikiran yang kritis.


Al-Qur'an mengecam orang-orang yang mengikuti tradisi leluhur yang menyesatkan tanpa dasar ilmu pengetahuan. Inilah salah satu contoh penekanan Qur'an menyangkut pentingnya akal.


Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 170 yang artinya "Dan apabila dikatakan kepada mereka :"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab :"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari pebuatan nenek moyang kami..."


Memang, kaum muslim dituntut untuk percaya, tetapi kepercayaan yang harus didukung oleh ilmu dan dikukuhkan oleh hati yang suci, bukan sekadar percaya atas dasar pengamalan dan pengalaman leluhur.


Menurut Bacon (1962:Pasal XLIV), Idols of the theater merupakan berhala yang berimigrasi ke dalam pikiran manusia dari berbagai dogma filosofi, dan juga dari hukum demonstrasi yang salah. Menurut Bacon, semua sistem yang diterima hanyalah drama panggung, mewakili dunia ciptaan mereka sendiri setelah mode yang tidak nyata dan indah.


Berdasarkan pendapat diatas pengaruh dan faktor keterikatan manusia pada partai, dogma, filsafat, agama, ideologi, isme-isme tertentu yang membuat kita menciptakan dunia kita sendiri. Sah saja ketika sistem yang kita terima begitu banyak dan banyak pula penganutnya ketika kita coba keluar dari sistem tersebut maka kita akan di cap sesat, padahal belum tentu juga kita sesat, bisa jadi ketika berada dalam sistem itu kita menjadi sesat.


Idols of the theater timbul karena keterikatan manusia pada partai, keyakinan, dogma-dogma, filsafat, ilmu, agama dan sistem-sistem pemikiran pada waktu tertentu. Sistem-sistem yang diterima sedemikian banyaknya yang menjadi dunia ciptaan manusia sendiri. Semuanya itu dapat mempengaruhi manusia karena dianut oleh orang banyak. Mode-mode, hobby dengan mudah dapat menggoncangkan kehidupan manusia. Isme-isme, ideologi, aliran-aliran pemikiran dalam bidang filsafat, ekonomi, politik dan seni dapat mempengaruhi alam pikiran penganutnya dan mereka dapat menyimpulkan secara sesat.

Demikianlah rintangan-rintangan yang menghambat manusia untuk dapat berfikir secara jelas. Hal--hal seperti emosi, kepentingan pribadi, tekanan dari luar juga dapat menyesatkan pemikiran. Rintangan--rintangan untuk berpikir secara jelas dapat menjadi penyebab ilmu dan filsafat menjadi sesat. Rintangan-rintangan itu antara lain Idols of the Tribe, Idols of the Cave, Idols of the Market dan Idols of the Theater.


Penulis berharap semoga dengan tersusunnya karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua terkhususnya mengenai Idols Of The Mind (Rintangan-Rintangan dalam Berfikir). Sekian kami ucapkan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun