Rencana penghapusan Ujian Nasional oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Nadiem Makarim, mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan. Banyak yang mendukung, tidak sedikit pula yang menolak. Hal ini lumrah. Setiap aksi pasti ada reaksi. Setiap permulaan itu pastilah sulit.
Selaku orang yang pernah berkecimpung di dunia pendidikan, saya sangat setuju dengan rencana tersebut. Sebab, UN Â lebih banyak mudhoratnya ketimbang manfaatnya bagi bangsa ini. Baik materil maupun moril.
Di segi materil, UN Â butuh cost mahal yang harus dikeluarkan negara dan orangtua siswa. Â Sementara di bidang moril, dapat merusak moral anak bangsa. Mulai dari Kepala Daerah, Kepala Dinas Pendidikan, para pendidik, dan peserta didik.
Sudah bukan rahasia, di "daerah tertentu", untuk memaksakan keberhasilan siswa memperoleh nilai UN yang tinggi,  pendidik mulai dari kepala sekolah sampai ke guru tak segan-segan melakukan kecurangan. Modusnya, melalui kecurangan terbuka dan kecurangan tertutup.
Kecurangan terbuka. Oknum guru dan siswa bekerja sama melakukan keculasan. Â Salah satunya guru mengerjakan soal, Â kemudian memberikan jawabannya kepada siswa.Â
Tindakan ini sangat merusak moral  generasi bangsa. Guru yang seharusnya menanamkan sikap kejujuran dan memberikan contoh tauladan yang baik kepada peserta didik, malah berkompromi menghalalkan praktik haram.
Kecurangan tertutup. Di sini  para oknum yang dijuluki  pahlawan tanda jasa itu hanya bermain di "balik layar". Mereka membantu secara  diam-diam tanpa diketahui oleh siswa.
Belum lagi kasus kebocoran soal, jual beli kunci jawaban dan keculasan lainnya. Padahal, kelulusan siswa ditentukan oleh sekolah. Bukan berdasarkan nilai UN.
Persoalan ini lazim terjadi pada pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP).Â
Saya tidak tahu, apakah kecurangan juga berlangsung pada Ujian Nasional Berbasis Komputer  (UNBK)  atau tidak. Â
Praktik tipu-tipu dalam UN Â bukan tanpa alasan. Tidak ada asap kalau tidak api. Kesalahan tersebut seakan terbangun secara sistematis dan berantai.