Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Wah, Nilai Jual Belut Kerinci Tiga Kali Harga Daging Sapi

1 Desember 2019   16:53 Diperbarui: 2 Desember 2019   09:44 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: arenahewan.com

Sementara masyarakat di sekitar saya (Danau Kerinci), amat sedikit mempraktikkan usaha budidaya belut. Kalaupun ada, biasanya untuk dijual ke luar daerah. Alasannya, selain rasanya kurang enak masyarakat menganggap belut ternak itu jorok.

Menurut Aswadi salah seorang pencari belut, populasi belut sawah menurun drastis semenjak petani menggarap sawah pakai mesin bajak. Diperparah dengan penggunaan pupuk dan bahan kimia lainnya seperti pestisida dan insektisida.

"Jauh sebelumnya, ketika musim hujan dan air danau meluap ke sawah, belut-belut menggelepar ke permukkaan air. Sangat mudah ditangkap. Cukup pakai tangguk saja. Pemandangan seperti itu tidak ditemui lagi pada zaman sekarang." Kata Aswadi saat saya temui di rumahnya kemarin.

Untuk diketahui, di Kerinci cara menangkap belutnya relatif unik. Selain menggunakan pancing, alat tangkap yang umum adalah lukah yang terbuat dari seruas bambu.

Karena belut itu keluar pada malam hari, sore-sore lukah yang telah dimasukkan umpan (cacing tanah dicincang), dibenamkan dalam lumpur sawah pada titik-titik tertentu.

Tentu saja titik yang diyakini sebagai lintasan atau sarang belut. Pagi-pagi diangkat. Selanjutnya hasil tangkapan dibersihkan terus dijemur. Sekilas tidak terlalu sulit, asalkan tahu kiatnya.

Setelah dibersihkan, belut dijemur pada terik matahari sampai kering (atas). Pedagang menjual belut kering di Pasar Tradisional (bawah). Dokumentasi pribadi.
Setelah dibersihkan, belut dijemur pada terik matahari sampai kering (atas). Pedagang menjual belut kering di Pasar Tradisional (bawah). Dokumentasi pribadi.
Dahulu, ada suatu desa yang sebagian emak-emaknya berprofesi sebagai pencari belut. Sore-sore mereka berduyun-duyun menjujung lukah di kepala menuju area yang telah ditentukan. Pagi-pagi setelah subuh mereka menjemputnya. Pulang ketika matahari terbit membawa hasil tangkapan.

Jangan main-main. Dari hasil menangkap belut, banyak mereka yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi di luar daerah. Padahal, sebagian emak tersebut hidup menjanda.

Zaman sekarang, mereka tidak ditemui lagi. Mungkin emak-emak perkasa itu sudah kaya. Atau barangkali kerena belutnya memang sudah benar-benar langka.

Terakhir perlu digarisbawahi, mengingat belut merupakan lauk hewani yang kandungan gizinya cukup tinggi, DokterSehat.Com mengingatkan, mengonsumsi belut, dalam porsi, frekuensi, dan metode saji yang kuang tepat akan menyebabkan: meningkatnya kolesterol, kadar lemak tubuh serta risiko penyakit degeneratif. 

Oleh sebab itu, sebaiknya (1) konsumsi belut dalam porsi yang cukup. Kurang lebih 40-50 gram belut untuk satu kali saji (2) sajikan dengan metode bakar, kukus, atau rebus dan pilih makanan pendamping yang tinggi serat, misalnya sayuran atau kacang-kacangan (3) batasi konsumsi belut paling sering 2-3 kali dalam 1-2 bulan.

Selamat menikmati. Salam Dari Pinggir Danau Kerinci.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun