Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Emak- emak Hebat di Danau Kerinci

16 Agustus 2019   20:40 Diperbarui: 17 Agustus 2019   14:19 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokan produk Sungai Inderapura, Pesisir Selatan Sumbar. Dokumentasi pribadi.

Danau Kerinci tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata di Provinsi Jambi, dengan pemandangannya nan indah memukau. Tetapi di dalam perutnya terkandung kekayaan alam yang melimpah sebagai sumber rezeki bagi masyarakat sekitarnya.

Selain ikan dan udang, dalam danau tersebut hidup pula jutaan bahkan mungkin triliunan lokan.Yaitu hewan bercangkang sebangsa kerang.

Di kampung saya lokannya besar-besar. Zaman saya kecil sering ketemu segede piring tatakan. Sekarang biota air tawar itu di ambang kepunahan, tersebab air sungainya yang tercemar parah. Sebaliknya, lokan Danau Kerinci tak lebih seukuran uang logam lima ratus perak.

Lokan produk Sungai Inderapura, Pesisir Selatan Sumbar. Dokumentasi pribadi.
Lokan produk Sungai Inderapura, Pesisir Selatan Sumbar. Dokumentasi pribadi.
Walaupun setiap hari diambil, lokan tersebut tak habis-habisnya. Menurut SK salah seorang warga pinggir danau, kurang dari setengah jam, dia bisa meraup lokan 1 kaleng bekas cat tembok netto 23 kg.

Lain cerita SK beda pula pengalaman SA, "Di pantai kita (Tanjung Tanah) lokannya memang banyak. Tetapi setiap kaki menyentuh dasar danau, sampah plastik berlapis-lapis. Jijik saya. Makanya saya lebih memilih nangguk agak ke hilir."

Pernyataan SA membuat saya berkesimpulan, bahwa populasi lokan tidak terganggu oleh banyaknya sampah plastik. Saya tidak membahas kasus ini terlalu dalam, karena saya bukan pakar lingkungan.

Di Danau Kerinci, profesi menangguk dan mengolah lokan ini dilakoni oleh kaum Emak. Hal ini dapat dimaklumi karena pengerjaannya terbilang rumit. Setelah lokan terkumpul, isinya dikeluarkan dari cangkangnya dengan direbus terlabih dahulu. 

Untuk menuntaskan satu kaleng bekas cat tembok 23 kg tadi butuh waktu 2-3 jam. Diperoleh isi lokan sebanyak 7 canting. (canting = kaleng bekas susu kental manis cap nona). Kemudian dijual di pasar pagi atau pasar sore desa, per canting Rp 5000. 

Saya tak sanggup membayangkan betapa susahnya mencari duit tiga puluh lima ribu. Karena sudah menjadi rutinitas, mereka menjalani biasa-biasa saja. Lagi pula sebagian warga melakukannya sebagai pengisi waktu senggang. Sebagian lainnya memang untuk memenuhi suap anak keluarga.

Yang menarik, para penangguk sengaja mengeluarkan lokan itu dari danau sedikit demi sedikit. Terjual habis hari ini, besoknya ditangguk lagi. Seperti memanen di kolam pribadi. Tujuannya agar saat dijual barang dalam kondisi segar.

Penjual isi lokan Danau Kerinci di Pasar Pagi Tanjung Tanah. Dokumentasi pribadi
Penjual isi lokan Danau Kerinci di Pasar Pagi Tanjung Tanah. Dokumentasi pribadi
Cerita tentang perlokanan saya peroleh pula dari kenalan baru di sebuah hajatan tetangga. Wanita 45 tahun yang bangga disapa Emak Alek itu berkisah, sekali dia turun ke Sungai Merangin (berhulu dari Danau Kerinci), dirinya berhasil memperoleh dua karung besar lokan. Masuk pukul 8.00 pagi, keluar jam 14.30. "Rame-rame, Bu. Di sana kami istirahat, shalat Zuhur, dan makan siang," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun