PT Pertamina (Persero), resmi menjual tabung gas elpiji 3 kilogram (kg) nonsubsidi kepada masyarakat umum. Penjualan mulai dilakukan mulai tanggal 1 Juli 2018.
Direktur Jendral Minyak dan Gas Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, penjualan tabung gas elpiji 3 kg nonsubsidi bisa mencegah subsidi yang tidak  tepat sasaran. (economy.okezone.com, 09/07/2018).
Bagi masyarakat akar rumput, apa pun keputusan pemerintah mereka tetap menerima. Yang penting, pasokannya cukup dan merata. Kapan mau beli stok tersedia.
Saya mengakui, selama ini gas bersubsidi memang banyak salah sasaran. Termasuk oleh saya sendiri.  Alasannya  simpel. Kalau ada yang murah kenapa beli yang mahal. Selain itu, gas 3 kg lebih praktis dan ringan. Kapan habis saya bisa membelinya sendiri tanpa minta bantuan suami.
Yang bikin kesal, hak konsumen dicatut. Sudah harganya mahal, isi tabungnya dikurangi.
Sampai di rumah saya timbang. Ternyata berat  1 melon cuma 7,00 kg. Berarti, masing-masing tabung berisi 2,00 kg gas. Hitungannya per kilo 17.500. Ya, sudah. Yang penting kapan butuh, barangnya ada.
Saya masih penasaran, apakah setiap pedagang menjual gas 3 kg  isinya tidak utuh.  Tadi pagi, saya beli lagi pada warung dan desa berbeda seharga Rp 30.000, dengan berat 7,50 kg. Lumayan. Tertipu  level rendah .  Isi bersih 2,50 kg. (12.000 per kg).
Dalam kurun 2018, saya tak pernah lagi terbeli gas melon yang isinya cukup. Cuma kurangnya tidak separah sekarang.  Berkisar kg  0,20-0,25 kg. (Berat wadah dan isi, 7,80-7,75). Walaupun dalam keadaan tersegel plastik putih, tapi longgar sekali tarik langsung copot, tanpa diblaster.