Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Tradisi Aneh Merayakan Idul Fitri

23 Juni 2018   23:39 Diperbarui: 24 Juni 2018   04:47 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: pinterest.com/defiamsyah

Sumber ilustrasi: entertaenment.harianterbit.com
Sumber ilustrasi: entertaenment.harianterbit.com
Jika emak-emak menikmati perhiasannya,  bocah-bocah asyik dengan tradisi kekanak-kanakannya. Pakaian serba baru, diberikan uang jajan dan bebas membeli apa saja. Lucunya, selama suasana lebaran anak lelaki usia TK-SD diizinkan merokok oleh orangtuanya, di dalam dan luar rumah. Kebiasaan ini telah berlangsung sejak lama secara turun temurun.

Namun, seiring perkembangan zaman, lebaran tahun ini pemandangan tersebut sudah jauh berkurang. Fokusnya beralih ke main tembak-tembakan menggunakan pistol mainan. Kecuali di kalangan cowok tanggung usia SMP yang masih melakoninya.

Rata-rata anak  lelaki 4-12 tahun  di desa bersangkutan punya pistol mainan. Namanya orang kampung. "Tinggi duni, alias berpacu dalam melodi".  Jika putra tetangga punya sesuatu, anak lainnya pasti ikutan. 

Kalau tidak, semangat hidup dan peranan orangtuanya patut dipertanyakan. Orang sanggup beli kenapa dia tidak. Seakan harga diri seorang ayah dapat diukur dengan nilai satu unit pistol mainan.  

Sementara bocah-bocah batita, didampingi orangtuanya naik odong-odong dan kereta api mini. Dahulu, kedua mainan ini hanya dinikmati oleh anak-anak kota. Atau anak desa sengaja diajak orangtuanya ke taman bermain khusus anak-anak yang cuma terdapat di perkotaan.

Selain itu, ada hal baru yang menjangkiti anak-anak di desa setempat pada lebaran tahun ini. Mereka mulai mempopulerkan istilah te ha er. Mengganti  sebutan angpao  yang sebelumnya tersohor di kalangan masyarakat TKI dari Malaysia. TKI ini pula yang memanjakan anak-anak dengan angpao.

Ketika berkunjung ke pusat keramaian lebaran desa, saya bertemu serombongan cowok kecil kelas empat Sekolah Dasar. Semuanya  pernah belajar dengan saya di kelas satu sebelum memasuki masa pensiun empat tahun lalu. 

Satu di  antaranya sedang merokok. Belum sempat saya membidiknya dengan  kamera HP, rokok tersebut langsung dibuang dan diinjak oleh penikmatnya.  Saya tanyakan, "Mana rokokmu?"

"Tidak ada, Bu." Jawabnya.

Bergantian para bujang ingusan tersebut mengulurkan tangan sambil mengucapkan selamat lebaran. Kemudian rame-rame mereka mencandai saya. "Bu ...! minta te ha er. Bu ...! minta te ha er."  Sembari bergantungan pada kedua tangan saya.

"Ayo, ke rumah ibu! Pasti  dikasih." Saya tertawa riang. Menyesal juga, karena tidak membawa uang receh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun