Tak semua perusahaan pengembang jasa aplikasi sukses dan berkembang berasal dari kota besar, misalnya dari Jakarta, Medan, Denpasar, Jogjakarta, dan Surabaya. Dari kota kecil di Jawa Timur, yakni di Bondowoso ternyata juga terdapat seorang pemuda bersama teamnya, sukses mengembangkan usaha tersebut. Tak hanya dari kabupaten kota di Jawa Timur, pelangganya juga berasal dari perusahaan perusahaan dari berbagai wilayah se-Indonesia, termasuk Jakarta.
Sosok pemuda tersebut adalah Erfan Febriantoro, 40 tahun, warga Perum Taman Mutiara, Desa Pejaten, Kecamatan Kota Bondowoso. Saat saya berkunjung dia menerima di ruang kerjanya, dikenalkan dengan teamnya. Setelah bercengkarama beberapa saat, kemudian mengajak saya ke ruangan samping. “Kantor berdampingan dengan rumah saya, ini ada pintu disini sebagai akses, dan ini adalah kantor usaha jasa pengembang aplikasi pertama saya, saat merintis pada tahun 2017”, kata Erfan, demikian dia biasa dipanggil.
Ruangan itu luasnya kurang lebih 3 x 4 meter, sekarang menjadi ruang tamu keluarga, terdapat satu meja, dua kursi kerja dan satu set kursi sofa, ruangan itu sudah terasa sempit. Pada dinding tampak dua foto umroh berlatar belakang ka’bah terpampang, foto bersama istrinya, Dyah Ajeng Anggraheni dan ibunya, Suharnanik. Dari ruangan itu ada akses pintu ke teras rumah, tampak terparkir mobil warna putih keluaran terbaru.
Dia lahir pada tahun 1985 di Puger, Jember. Lima bersaudara dari orang tua, bapak Sumantoro (almarhum) dan ibu Suharnanik (69 tahun). “Ini baru saja mengantar ibu cek kesehatan ke Jember karena kondisinya kurang sehat, berangkat pagi dan pulang siang, ba’da dhuhur”, kata Erfan sembari membuka cerita kisah hidupnya. Ayahnya berprofesi sebagai sopir truk pengangkut batu kapur, sedangkan ibunya seorang penjahit.
“Saya memulai pendidikan dari sini (Puger, Jember) untuk sekolah dasar (SD) dan dilanjutkan sekolah menengah pertama (SMP), setelahnya dia melanjutkan ke bangku sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Jember (kota)”, lanjutnya. Rupanya tantanganya selama menjalani sekolah menengah atas, semakin berat. Ayahnya tidak bekerja karena sakit dan membutuhkan biaya. Praktis hanya ibu yang bekerja. “Orang tua mengharapkan saya pindah sekolah ke Puger, tapi saya tetap bertahan sekolah disini bagaimanapun caranya”, kenangnya.Karena kesulitan, ibunya menjual aneka perabot rumah tangga, termasuk alat alat dapur untuk menghidupi kebutuhan keluarga.
Erfan remaja tak menyerah. Dia berusaha membantu orang tuanya guna menopang biaya sekolah, yakni biaya kos, makan dan lainya. Mulai dari jasa memfoto copy soal ujian, usaha jualan pakaian bekas branded, dan bekerja paruh waktu usai sekolah di usaha percetakan spanduk (banner). Tempatnya berada di pemukiman belakang Matahari Mall, dari situ juga saya menjual hasil karya lukisan wajah bahan oker (serbuk plitur). “Waktu itu tahun 2000an, saya butuh biaya minimal uang Rp. 45.000/ bulan untuk biaya sekolah tersebut”, jelasnya. Ternyata, bakat dagang Erfan mulai sejak sekolah dasar, diantaranya jualan mainan snack berhadiah yang populer waktu itu.
Lulus dari bangku SMA tahun 2003, Erfan tak lantas bisa mendapatkan ijazah sebab masih ada tunggakan. Dia melanjutkan pekerjaanya di Puger, Jember sebagai pembuat pelukis wajah perwajah saat itu dihargai Rp. 75.000. Juga menerima pesanan membuat spanduk, bahan kain kulakan dari Pasar Balung, bahkan untuk kendaraan sering nunut (menggantung) di truk arah ke Puger untuk menghemat biaya. “Saya ke percetakan, saya tawarkan jasa saya (letter), Alhamdulillah untung banyak, bisa menebus ijasah SMA”, paparnya sambil tersenyum. Momen dapat keuntungan banyak waktu pemilihan umum tahun 2004, dimana banyak calon legislatif butuh spanduk, permeter harganya Rp. 15.000.
Saat itulah Erfan merasa salah langkah. Berbekal uang dan ijasah SMA dia mencari pekerjaan di kota Surabaya, akhirnya diterima menjadi sales keliling menjual vacum cleaner. “Sistemnya komisi, kalau gak ada barang terjual gak dapat penghasilan. Akhirnya saya berpikir bagaimana bisa hidup di kota besar. Jasa kebersihanpun saya jalani sambil jualan barang tersebut (vacum cleaner)”, ungkapnya.
Sejak itu, pekerjaan Erfan keluar masuk dari satu perusahaan ke perusahaan lainya sebagai sales. Pindah ke Jakarta sebagai sales pada tahun 2005. Kemudian pulang Jember sebagai sales canvas air minum kemasan keliling toko-toko. “Waktu itu saya memiliki sepeda motor, sebagai syarat diterima bekerja sales. Saya beli kredit, uang mukanya dari sebagian hasil jual rumah dikasih oleh ibu”, katanya. Karir Erfan dewasa mulai bersinar, atas prestasinya diangkat menjadi sales supervisor di Pandaan, Pasuruan dengan wilayah Jawa Timur bagian timur, pada tahun 2007.
Hingga suatu ketika dia menemukan belahan jiwanya di Situbondo, Dyah Ajeng Anggraheni, yang kemudian dinikahi pada tahun 2008. Mereka kemudian mengontrak rumah di Bondowoso menyesuikan dengan pekerjaan istrinya, yang bekerja di instansi pemerintahan. “Saya masih kerja sales ini, kerja sales mandiri. Jadi rumah saya jadikan gudang untuk jualan air minum kemasan, snack, dan lainya keliling di toko-toko. Dari sinilah kemudian, Erfan memberanikan diri melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Bondowoso (UNIBO) jurusan Pendidikan Matematika di tahun 2009.
Sales keliling yang mulanya lancar, mulai ada rintangan. “Ada persaingan tidak sehat dari dalam sendiri yang membikin saya gulung tikar. Ada perlakuan berbeda kepada sales lain sehingga saya kehilangan pelanggan”, jelasnya seolah masih tak percaya. Namun justru keadaan ini membuat arah pekerjaanya berubah: dia lalu diterima mengajar di lembaga pendidikan swasta sebagai guru dan dipercaya mengelola laboratorium komputer. Dari sinilah, Erfan serius menekuni salah satu progam komputer, Excel. Itu dijadikan harapan berikutnya, apalagi pendidikan tingginya juga berhenti di tahun 2010 pada semester lima karena alasan ketidakpastian perguruan tingginya yang dilanda perseteruan di internal yayasan.
Namun baru berlangsung satu tahun, Erfan kehilangan pekerjaan sebagai guru. Dari sini membuka gerbang baru, usaha baru sebagai progammer. Mulanya dia mendaftar lowongan sebagai admin di perusahaan selepan beras. Tapi saat tes wawancara, justru ditawari membuat progam akuntansi perusahaan. “Saya seperti mendapat kesadaran baru. Saya selesaikan tugas itu dan mendapatkan hasil Rp. 7.500.000, tanpa kontrak”, katanya. Dia sebelumnya juga pernah dipercaya membuat progam yang serupa di sebuah perusahaan di Surabaya. Berbekal dua project itu, dia semakin percaya diri menawarkan progam ke perusahaan selepan lainya hingga suatu ketika mendapatkan kesempatan membuat aplikasi berbasis website yang pertamanya, senilai Rp. 100.000.000.
Kemampuan membuat progam terasah secara otodidak. Minatnya yang besar mendorongnya semangat belajar dan praktek. “Aneka buku Excell dan pemrogaman saya beli dari Toko Buku Gramedia di Jember”, ungkap Erfan. Hingga suatu ketika mendapat kesempatan bekerja di Bank Syariah Mandiri (BSM) Jember, juga karena dari keahlianya tersebut. Pada tahun yang sama, 2012 dia kembali melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Jember, jurusan Teknik Informatika sampai lulus di tahun 2016.
Pekerjaan di BSM berakhir di tahun 2013. Konsisten dengan keahlian yang sama, berganti sebagai tenaga kontrak di Dinas Infokom Kabupaten Situbondo tapi tidak berlangsung lama. “Hanya empat bulan, tapi disini saya bertemu mas Yuga, akhirnya pada tahun 2017 bersama sama merintis dan membangun usaha jasa pengembangan aplikasi Neturmeric”, ujarnya. Pada waktu covid, menjadi momentum usahanya berkembang dengan pesat. Dia menilai terjadi karena kebutuhan jaman dimana internet juga berkembang sangat cepat. Dari usahanya tersebut, Erfan juga bisa melanjutkan sekolah pasca sarjana di Institut Sains dan Tekhnologi Terpadu (I-STTS), Surabaya di Jurusan Tekhnologi Informasi dari tahun 2020 lulus tahun 2023.
Usahanya sampai tahun 2025 ini terus berkembang, melayani jasa pembuatan aplikasi berbagai kebutuhan, pengembangan dan perawatan. Ada ratusan aplikasi dibuat untuk pelangganaya dari berbagai daerah misalnya berbagai kota di Jawa Timur, Papua, Medan, Manokwari, Kalimantan Utara, Bali, Lombok dan dari Jakarta. “Saya merasa pengalaman saya menjadi sales selama bertahun tahun, menjadi pondasi bagi saya untuk memasarkan produk jasa aplikasi ini”, katanya. Seiring pertumbuhan bisnisnya, dia telah menambah aset dua unit rumah, satu untuk kantor dan satunya lagi untuk gudang. Kantor dan rumahnya berdampingan. “Diluar itu semua, ini berkat doa orang tercinta, dukungan team, dan kuasa Allah SWT”, pungkasnya. (Nursalim)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI