Mohon tunggu...
Nur Robithoh Fajriyah
Nur Robithoh Fajriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang berdomisili di Sidoarjo, dan hobi menulis dan juga suka dalam dunia desain grafis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potensi Manusia dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 78

13 Juli 2022   10:45 Diperbarui: 13 Juli 2022   10:49 8958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia ada tidak semata-mata hadir langsung di dunia, akan tetapi Allah telah mengirimnya lahir kedunia dengan perantara seseorang manusia lain yaitu ibu. Allah mengirim kita untuk bisa lahir ke dunia pastinya mempunyai tujuan dan maksud yaitu untuk senantiasa bertaqwa dan menunaikan perbuatan baik dalam kehidupan.

Surat An-Nahl ayat 78 ini menjadi bukti bahwa Allah telah mengirim kita ke dunia melalui perantara Ibu, dengan keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Allah juga memberi anugerah disaat awal kita menempuh kehidupan dunia dengan anugerah pendengaran, penglihatan, dan hati Nurani.

Surat An-Nahl ayat 78 berbunyi:

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”

Ayat tersebut menerangkan saat manusia lahir pun Allah sudah memberinya anugerah yaitu penglihatan untuk melihat sosok ibu serta melihat indahnya dunia, pendengaran untuk mendengar suara, dan hati nurani untuk menjadi manusia yang bersyukur atas semua anugerah yang sudah dilimpahkah.

Berikut ini penafsiran para ulama mengenai potensi manusia dalam  surat An Nahl 78 dari beberapa tafsir:

Tafsir Al Misbah, M. Quraish Shihab menjelaskan makna dari kata al-af’idah dalam surat ini adalah bentuk jamak dari fu’ad yang diterjemahkan dengan “aneka hati” karena merujuk pada kata jamak  الأ فئدة (al-af’idah) yaitu   فؤاد (fu’ad) kata tersebut dipahami oleh banyak ulama dengan arti akal.  Maksud dari aneka hati  adalah gabungan dari daya pikir dan daya kalbu yang menjadikan seseorang terikat yang maksudnya adalah untuk mengarahkan seseorang  agar tidak terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan (M Quraish Shihab, 2016: 303).

Tafsir Ibnu Katsir dalam ayat 78 surat An Nahl menjelaskan anugerah yang senantiasa di limpahkan pada hamba-hambanya. Sejak keluar dari perut ibu dengan keadaan tidak mengetahui apapun anegarah sudah diberikan berupa pendengaran untuk mengetahui berbagai hal, penglihatan untuk melihat berbagai hal, dan hati, yaitu akal yang pusatnya pada hati. Allah memberikan anugerah yaitu akal kepada manusia bertujuan untuk supaya dapat membedakan mana yang membawa mudharat dan mana yang membawa manfaat. Pemberian semua anugerah tersebut dimaksudkan agar manusia senantiasa beribadah kepada Allah dzat yang maha tinggi (Ibnu Katsir, 2003: 89).

Tafsir Al Azhar menerangkan, pada dasarnya kita menghadapi dunia ini dengan tangis ketika lahir ke dunia. Tidak ada yang diketahui, selain anugerah ilahi yaitu naluri atau Ghazirah. Allah menganugerahi manusia dengan pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu berangsur-angsur tumbuh. Pendengaran, terdengarlah suara dari dekat maupun jauh; kemudian penglihatan dapat membedakan berbagai warna dan melihat wajah ibu yang melahirkannya, lalu kedua itu diiringi dengan perkembangan hati yaitu perasaan dan fikiran.

Berangsur-angsur manusia bertumbuh menjadi dewasa, bertambah matang dalam berbahasa dan bersikap, sanggup memikul tanggung jawab penuh dalam berperikemanusiaan, dari semua anugerah tersebut manusia harus senantiasa bersyukur dengan mempergunakan nikmat-nikmat Allah di dunia dengan sebaik-baiknya, sebagai tanda terima kasih atas nikmat-Nya (Hamka, 2003: 3942-3943).

Menurut Tafsir Fi Dzhilalil Quran, kelahiran manusia merupakan peristiwa ghaib yang bermakna mendalam, sesungguhnya itu semua adalah rahasia kehidupan yang tersembunyi. Ilmu pengetahuan yang diakui manusia adalah ilmu yang dangkal baru saja diperoleh karena Allah-lah yang melahirkan semua pakar dan para ilmuwan. Mereka semua dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apapun.

Selain kehendak Allah dalam menciptakan manusia, Allah pun memberi manusia pendengaran, penglihatan, dan hati, dalam bahasa Al-Quran, hati terkadang diartikan sebagai Qalbu atau fu’aad yang berguna untuk menjelaskan setiap alat (organ) pemahaman pada diri manusia, dalam hal ini hati biasanya dikaitkan dengan akal dan juga potensi inspiratif (ilham) pada diri manusia. Manusia diberi begitu banyak anugerah agar senantiasa bersyukur, memahami nilai yang terkandung dalam nikmat yang diberikan-Nya, dan selalu beriman kepada Allah sebagai sesembahan Yang Maha Esa (Sayyid Qutb, 2000: 201-202).

Tafsir kementrian agama juga menerangkan dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan peristiwa kegaiban dan keajaiban yang terjadi pada manusia. Manusia mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana proses janin tersebut berkembang di dalam rahim seorang ibu sehingga mencapai kesempurnaan. Allah mengeluarkan manusia dari rahim ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa pun, tetapi Allah memberi anugerah pada manusia sebelum ia lahir, dengan diberikan anugerah potensi, bakat, dan kemampuan seperti berpikir (akal), berbahagia, mengindra (penglihatan dan pendengaran) dan lain sebagainya. 

Beriringan dengan dewasanya seorang manusia, segala potensi tersebut berkembang, yang mana akalnya dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Penglihatan dan pendengaran yang didapatkan, manusia dapat mengenali dunia sekitar, juga dapat mempertahankan hidupnya, dan mengadakan hubungan antar sesama manusia. Semua potensi itu adalah rahmat dan anugerah tuhan yang diberikan tidak terhingga, dari semua potensi tersebut manusia diwajibkan bersyukur, dengan beriman, beribadah, dan patuh kepada-Nya (kemenang, 2010: 359-360).

Manusia sudah diberikan potensi sejak mereka lahir, meskipun belum mengetahui sesuatu pun. Allah tetap memberikan anugerah berupa penglihatan, pendengaran, dan juga akal. dengan memiliki akal yang sempurna dan bersih manusia dapat mengetahui berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu. Akal adalah inti dari semua potensi dan anugerah yang diberikan pada manusia. Akal diciptkan agar manusia dapat membedakan mana yang membawa kebaikan dan mana yang membawa mudhorot, dalam semua hal ini anugerah tersebut diberikan agar mereka dapat meneruskan hidup dan senantiasa bersyukur dengan apa yang dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA

Agama, K. (2010). Al Quran dan tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi.

Hamka. (2003). Tafsir Al Azhar. PTE LTD Singapura.

Katsir, I. I. (2003). Terjemah Tafsir Ibnu katsir Jilid 5. Bogor: Mu-assasah Daar al-Hilaal Kairo.

Qutb, S. (2000). Terjemahan Tafsir Fi Dzilalil Quran, dibawah naungan AL-Quran. Jakarta: Gema Insani.

Shihab, M. Q. (2016). Terjemahan Tafsir Al Misbah . Tangerang: Lentera Hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun