Ada luka yang tidak terlihat oleh mata, tapi terasa nyata di dalam hati kita. Sebuah luka yang terus kita bawa kemanapun kita melangkah, meskipun kita jarang membicarakannya. Luka itu merupakan luka dari masa lalu - yang belum sempat kita selesaikan.
Kadang kita tumbuh, tapi sebenarnya tidak benar - benar merasa tumbuh dewasa. Tubuh kita terus melangkah, umur kita semakin bertambah tapi hati tertinggal pada satu titik yang menyakitkan yaitu masa lalu yang belum selesai. Beberapa dari kita masih hidup berdampingan dengan kenangan  menyakitkan yang secara terus menerus menumbuhkan perasaan bersalah, kecewa bahkan amarah yang tidak terbendung.
"Masa lalu tidak selalu hilang saat waktu berlalu"
Banyak dari kita selalu berusaha untuk "move on", seolah semuanya akan terasa baik - baik saja dengan sendirinya. Kita terus menyibukan diri, memakai topeng berpura - pura bahagia, tertawa di depan banyak orang - namun ketika kita sedang merasa sendiri, ketika malam hari datang, hati kita tetap terasa kosong.Â
Memaafkan masa lalu bukan hanya perihal waktu. Bukan juga tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Akan tetapi tentang bagaimana diri kita berani mengakui dan menerima bahwa luka itu ada dan kita pantas untuk bisa sembuh dari luka itu.Â
Terkadang kita berpikir "kalau aku maafin mereka, berarti sama aja aku membiarkan mereka menyakitiku begitu saja?" padahal tidak seperti itu. Memaafkan tidak akan pernah menghapus apa yang sudah terjadi, tetapi itu merupakan sebuah bentuk keputusan dari kita untuk berhenti menyiksa diri sendiri karena sesuatu yang tidak bisa kita ubah. Â Memaafkan merupakan bentuk cinta kita pada diri sendiri - karena kita menginginkan hidup yang damai tanpa terus menerus dibayangi oleh rasa trauma.
"Kita Punya Hak Untuk Pulih"
Untuk dapat pulih caranya tidak instan. Tidak semudah membalikan telapak tangan, tidak ada rumus pasti dan tidak ada tanggal selesai. Tetapi setiap langkah kecil kita - entah itu menangis, menulis, berbicara atau sekadar diam dan mengakui bahwa kita belum sepenuhnya baik - baik saja itu merupakan sebuah bentuk langkah keberanian.
"Belajar Menerima dan Mencintai Diri Yang Sedang Terluka"