Mohon tunggu...
Nur Patimah
Nur Patimah Mohon Tunggu... Mahasiswa S1

NIM: 43221120052 | Program Studi: Sarjana Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Jurusan: Akuntansi | Universitas: Universitas Mercu Buana | Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   23:03 Diperbarui: 21 November 2024   23:03 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk membantu seseorang mencapai kedamaian batin, kebijaksanaan, dan kebahagiaan sejati melalui kehidupan yang sederhana dan harmonis. Prinsip-prinsip tersebut diselaraskan dengan dua jenis rasionalitas yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram. Pertama, Rasionalitas Reflektif, yaitu menggunakan akal budi, rasa, naluri, intuisi, dan insting untuk memahami suatu keadaan. 

Kedua, Rasionalitas Akomodatif, yang berarti menyesuaikan pemikiran dan tindakan terhadap situasi tertentu. Gabungan kedua jenis rasionalitas ini menghasilkan pemahaman yang bersifat situasional, yaitu kemampuan membaca konteks dan menyesuaikan tindakan sesuai keadaan, seperti metafora pedagang dan murid sekolah yang disesuaikan dengan peran masing-masing. 

Hal ini mencerminkan kebijaksanaan yang universal, sebagaimana diungkapkan dalam ungkapan "sadoyo agami sami mawon" (semua agama itu sama), yang menekankan toleransi dan kebijaksanaan dalam kehidupan. Prinsip ini mengajarkan harmoni dalam tindakan dan hubungan antarindividu.

Selain itu, Ki Ageng Suryomentaram memperkenalkan dua bentuk rasionalitas untuk mendukung penerapan prinsip-prinsip tersebut. Yang pertama adalah Rasionalitas Reflektif, yaitu kemampuan menggunakan akal budi, rasa, naluri, intuisi, dan insting untuk memahami suatu situasi secara mendalam. 

Dengan pendekatan ini, seseorang diharapkan dapat mengevaluasi keadaan dengan bijaksana dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Kedua, beliau mengajarkan Rasionalitas Akomodatif, yang menekankan pentingnya menyesuaikan pikiran dan tindakan dengan konteks atau situasi tertentu. 

Kombinasi dari kedua rasionalitas ini menghasilkan pemahaman yang situasional, yaitu kemampuan menyesuaikan diri secara fleksibel berdasarkan kondisi yang dihadapi. Contohnya dapat dilihat dalam hubungan antara pedagang dan murid sekolah, di mana masing-masing memahami perannya sesuai konteks.

Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram juga menekankan toleransi universal, sebagaimana tercermin dalam ungkapan "sadoyo agami sami mawon" (semua agama itu sama). Ungkapan ini tidak hanya menunjukkan penghormatan terhadap perbedaan, tetapi juga menggambarkan harmoni yang bisa dicapai melalui penerimaan dan kebijaksanaan. 

Melalui kombinasi prinsip "SA" dan konsep rasionalitas, Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan cara hidup yang sederhana, seimbang, dan penuh makna, sehingga setiap individu dapat mencapai kebahagiaan sejati dalam kehidupannya.

Dalam konsep Kawruh Jiwa, Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan pentingnya "meruhi awakipun piyambak", yaitu memahami diri sendiri secara tepat, benar, dan jujur. Ketika seseorang mampu mengenali dirinya secara mendalam, ia akan lebih mudah memahami orang lain tanpa bergantung pada tempat, waktu, maupun keadaan tertentu (mboten gumantung papan, wekdal, lan kawontenan). 

Dengan kata lain, pemahaman diri yang baik menghasilkan kepribadian yang stabil dan mandiri dalam menghadapi berbagai situasi. Hal ini juga sejalan dengan konsep Trait Theories of Leadership, yang menekankan pentingnya pengenalan watak atau karakter diri sebagai dasar kepemimpinan. Seorang pemimpin yang memahami dirinya akan mampu mengarahkan dan memahami orang lain dengan lebih bijaksana.

Keseluruhan gagasan ini menunjukkan bahwa Ki Ageng Suryomentaram tidak hanya menawarkan panduan batiniah untuk kehidupan pribadi, tetapi juga nilai-nilai yang relevan dalam pengembangan karakter kepemimpinan. Melalui prinsip "SA" dan Kawruh Jiwa, manusia diajarkan untuk hidup dengan introspeksi mendalam, mengelola batin, dan bertindak dengan bijaksana tanpa terikat oleh faktor eksternal. Hal ini menjadi landasan penting dalam membangun hubungan yang harmonis dengan diri sendiri dan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun