Oleh : Nurohmat
Saya mengajar di SMAN 1 Pabedilan Kabupaten Cirebon sejak tahun 2009. Sekolah tempat saya mengajar sudah berdiri sejak tahun 1986. Adapun jumlah guru yang mengajar di sekolah kami  sebanyak 33 orang, termasuk didalamnya seorang kepala sekolah.
Dari 33 orang guru tersebut, 22 orang berstatus PNS dan 11 orang berstatus guru tidak tetap (GTT). Bila dilihat dari sebaran generasinya, guru generasi milenial (kelahiran 1977-1997) sekitar 14 orang, Â guru generasi X (kelahiran 1965-1976) sekitar 13 orang, dan guru generasi baby boomers (1947-1964) sekitar 6 orang. Adapun total jumlah peserta didik adalah 495 orang dengan jumlah peserta didik laki-laki sebanyak 206 orang dan peserta didik perempuan sejumlah 289 orang.
Selama kurang lebih sebelas tahun saya mengajar di sekolah tersebut, saya melihat terdapat banyak masalah yang mendekap sekolah tempat saya mengajar. Diantara permasalahan tersebut diantaranya adalah:Â
(1) Ketidakjelasan  falsafah pendidikan yang dianut oleh lembaga,
(2) Praktik  pengajaran  sebagian besar masih berorientasi pada guru, belum berorientasi pada peserta didik.
(3) Dominasi orang-orang tertentu  yang sangat mempengaruhi kebijakan sekolah padahal sejatinya tidak mampu dan tidak memahami falsafah pendidikan Indonesia,
(4)Belum mempraktikkan Sekolah Ramah Anak,
(5) Sekolah lebih disibukkan oleh hal-hal yang bersifat administratif ( pembuatan SPJ BOS & hal-hal lain yang menyangkut  keuangan) sementara hal yang utama yakni proses pembelajaran, tidak terkelola dengan baik,
(6) Guru-guru sudah berada di zona nyamannya masing-masing, sehingga miskin inovasi, sulit melakukan perubahan.
(7) Penyelenggaraan pendidikan masih tercerabut dari akar kebudayaan lokal sehingga peserta didik banyak yang tidak memahami  kearifan lokal budaya setempat.