Nilai-nilai Pancasila tidak hanya diajarkan dalam ruang kelas, tetapi juga harus dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama oleh generasi muda. Salah satu nilai penting dalam sila keempat Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,” menekankan pentingnya pengambilan keputusan secara demokratis, berdasarkan musyawarah, serta menjunjung tinggi nilai tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Dalam rangka mendalami dan mengamalkan nilai tersebut, kami mahasiswa Universitas Negeri Malang melaksanakan sebuah proyek dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Sebagai bentuk implementasi, saya bersama kelompok melakukan wawancara kepada beberapa mahasiswa Universitas Negeri Malang untuk mengetahui pandangan mereka mengenai sikap tidak memaksakan kehendak dalam pengambilan keputusan. Kami menyusun tiga pertanyaan utama sebagai dasar wawancara:
1. Bagaimana pendapat Anda jika terdapat seseorang yang memaksakan kehendaknya pada saat pengambilan keputusan?
2. Apa yang Anda lakukan jika hal tersebut terjadi?
3. Apa yang Anda lakukan jika terdapat seseorang yang tidak setuju dengan pendapat yang Anda sampaikan?
Dari keempat narasumber yang kami wawancarai, semuanya menyatakan bahwa memaksakan kehendak adalah tindakan yang tidak bijak dan tidak mencerminkan semangat musyawarah. Mereka berpendapat bahwa dalam situasi pengambilan keputusan kelompok, setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya, dan tidak boleh ada pihak yang mendominasi.
Jika menghadapi situasi seperti itu, narasumber menyatakan bahwa mereka lebih memilih berdiskusi secara baik-baik, memberi masukan secara sopan, dan mencari titik tengah agar keputusan tetap bisa diambil secara bersama-sama. Nilai saling menghargai menjadi kunci dalam menyelesaikan perbedaan pendapat.
Selain itu, ketika ditanya tentang bagaimana menghadapi orang yang tidak setuju dengan pendapat mereka, para narasumber menunjukkan sikap terbuka dan dewasa. Mereka tidak tersinggung atau memaksakan pendapatnya, melainkan mencoba mendengarkan alasan dari pihak lain, lalu mencari titik temu bersama.
Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memahami betul bahwa memaksakan kehendak adalah bentuk egoisme yang justru dapat merusak proses pengambilan keputusan yang sehat. Mereka menilai bahwa keputusan yang baik seharusnya lahir dari proses diskusi, pertimbangan bersama, dan sikap saling mendengarkan.
Pemahaman para mahasiswa ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila, khususnya sila keempat, masih sangat relevan dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam organisasi, kelompok belajar, maupun aktivitas kampus lainnya, prinsip musyawarah tanpa paksaan adalah fondasi penting dalam menjaga keharmonisan dan kebijaksanaan bersama.
Melalui proyek ini, kami tidak hanya memahami sila keempat Pancasila secara teoritis, tetapi juga melihat bagaimana nilai tersebut diterapkan secara nyata oleh mahasiswa dalam kehidupan mereka. Semangat untuk berdiskusi, menghargai pendapat orang lain, dan tidak memaksakan kehendak menjadi wujud nyata dari nilai “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI