Pada bulan Februari 2024, Mira, seorang mahasiswa Universitas Tanjungpura yang berusia 21 tahun, pertama kali mengunjungi Kuching, Sarawak, Malaysia. Pengalaman yang sangat berkesan ini ia bagikan kepada saya dengan penuh antusias di UPT Bahasa Universitas Tanjungpura. Perjalanan yang berlangsung selama 4 hari tersebut memberi banyak kesan mendalam baginya. Mulai dari persiapan keberangkatan hingga momen-momen seru yang dia alami selama berada di negara bagian Sarawak, Malaysia. Berikut ini adalah gambaran lebih lanjut tentang perjalanan tersebut.
Persiapan Keberangkatan
Perjalanan ini sebenarnya bukanlah suatu rencana yang mendadak. Mira bersama 14 temannya sudah merencanakan perjalanan ini dengan sangat matang. Mereka saling berdiskusi untuk merencanakan berbagai hal seperti anggaran, akomodasi, transportasi, dan destinasi yang akan dikunjungi. Setelah mempertimbangkan banyak opsi, mereka memutuskan untuk menggunakan bus DAMRI dari Pontianak menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, kemudian melanjutkan perjalanan ke Kuching. Selain itu, mereka juga memesan homestay yang strategis untuk memastikan akses yang mudah ke berbagai tempat wisata di Kuching.
Hari Pertama: Memulai Perjalanan
Pada hari yang sudah dinanti-nanti, Mira bangun lebih awal sebelum fajar untuk memastikan semua barang bawaannya tidak ada yang tertinggal. Pukul 5 pagi, ia memesan Grab Car menuju terminal Ambawang. Suasana pagi itu penuh semangat dan kebahagiaan, dan setibanya di terminal, mereka segera menaikkan barang-barang ke bus DAMRI yang akan membawa mereka menuju PLBN Entikong. Perjalanan ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena terjadi kemacetan arus kendaraan yang cukup parah akibat banyaknya orang yang berlibur.
Sesampainya di PLBN, mereka harus melewati proses pengecekan paspor yang memakan waktu hampir satu jam lebih. Setelah melewati proses tersebut, mereka melanjutkan perjalanan ke Kuching pada pukul 3 sore. Setibanya di terminal Kuching, langkah pertama yang mereka lakukan adalah membeli kartu SIM lokal agar dapat tetap terhubung selama berada di Malaysia, karena kartu SIM Indonesia tidak dapat digunakan di sana. Setelah membeli SIM card, mereka menuju homestay menggunakan Grab Car untuk beristirahat sejenak. Di malam hari, mereka berjalan kaki menyusuri tepian Sungai Sarawak untuk menikmati pemandangan malam yang menenangkan dan indah.
Hari Kedua: Eksplorasi Kuching
Pada pagi hari berikutnya, setelah sarapan ringan di dekat penginapan, mereka memutuskan untuk mengunjungi Patung Kuching yang ikonik. Patung ini terkenal sebagai simbol kota Kuching dan menjadi salah satu landmark yang banyak dikunjungi wisatawan. Mira dan teman-temannya mengambil banyak foto di sini untuk mengabadikan momen indah tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga memanfaatkan bus pariwisata gratis untuk berkeliling kota selama sekitar 30 menit. Bus ini membawa mereka mengelilingi berbagai sudut kota Kuching yang menarik, mulai dari bangunan-bangunan bersejarah hingga spot-spot modern yang memikat.
Setelah berkeliling, mereka melanjutkan perjalanan ke Indian Street, sebuah kawasan yang mengingatkan mereka pada Pasar Tengah di Pontianak. Di sini, mereka membeli berbagai oleh-oleh khas Kuching dan mencicipi jajanan lokal yang lezat. Banyak orang keturunan India yang berjualan di sepanjang jalan ini, dan harganya juga relatif terjangkau, hampir setara dengan harga yang ada di Indonesia. Mereka sangat menikmati suasana di Indian Street, yang penuh dengan warna-warni dan keramaian.
Sekitar pukul 12 siang, mereka kembali ke homestay untuk beristirahat. Sore harinya, sekitar pukul 3, cuaca mulai bersahabat, tidak terlalu panas, sehingga mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi. Mereka mengunjungi Konsulat Republik Indonesia di Kuching, meskipun mereka tidak bisa masuk ke dalam karena akses terbatas. Mereka hanya bisa berfoto di luar gedung Konsulat yang terletak tidak jauh dari penginapan mereka. Lokasi Konsulat yang strategis memudahkan mereka untuk berjalan kaki.
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke Taman Riverbank, yang berjarak sekitar 20 menit berjalan kaki. Mira sangat terkesan dengan tatanan kota Kuching yang rapi dan teratur, serta fasilitas ramah pejalan kaki seperti taman bermain anak-anak, danau buatan, dan area piknik. Mira juga sangat mengagumi kebersihan lingkungan kota ini, dengan banyaknya ruang terbuka hijau yang memberikan udara segar dan menyegarkan tubuh.
Pada malam hari, setelah berpisah menjadi kelompok-kelompok kecil, Mira dan teman-temannya menggunakan Grab Car untuk berbelanja oleh-oleh di toko-toko souvenir. Meskipun harga yang tertera di aplikasi Grab adalah 12 ringgit, sopir Grab meminta tambahan biaya karena jarak yang lebih jauh. Setelah melakukan tawar-menawar, mereka sepakat untuk menambah 3 ringgit, sehingga total biaya Grab menjadi 15 ringgit. Mira dan teman-temannya berpatungan untuk membayar biaya tersebut karena ada 4-5 orang yang ikut dalam perjalanan tersebut. Setelah puas berbelanja di supermarket, mereka kembali ke homestay.
Hari Ketiga: Menyelami Budaya dan Kuliner
Hari ketiga mereka dimulai dengan berjalan kaki di sepanjang waterfront Kuching yang tenang dan sejuk. Banyak orang yang berolahraga pagi, berlari dan berjalan-jalan menikmati udara segar. Mira dan teman-temannya melanjutkan perjalanan menuju Borneo Cultural Museum, namun sayangnya museum ini tutup pada hari itu karena bertepatan dengan hari libur. Meskipun begitu, mereka tetap menikmati pemandangan sekitar museum, termasuk lapangan luas yang hijau dan bangunan-bangunan peninggalan Inggris yang sangat menarik.
Setelah berkeliling di sekitar museum, mereka melanjutkan perjalanan ke restoran India terdekat. Di restoran ini, Mira menikmati berbagai hidangan khas India seperti pani puri, paratha, dan kebab yang kaya akan rempah-rempah. Selain itu, mereka juga berbelanja bumbu dapur khas India di supermarket setempat. Perjalanan kuliner ini memberikan pengalaman baru dan sangat menyenagkan bagi mereka.
Pada malam hari, mereka memutuskan untuk menyeberangi Sungai Sarawak menggunakan sampan dengan biaya 2 ringgit per orang. Mereka menuju ke food court yang terkenal di sana, di mana mereka menikmati berbagai hidangan lokal sambil menikmati suasana kota yang tenang dan rapi. Habibah terkesan dengan kebersihan kota Kuching, terutama dengan ketiadaan sampah dan saluran terbuka yang sering ditemui di banyak kota lainnya. Bahkan hingga larut malam, kota tetap terasa aman dan nyaman.
Hari Keempat: Persiapan Pulang
Pada hari terakhir di Kuching, setelah membereskan barang-barang dan oleh-oleh, mereka bersiap untuk kembali ke Pontianak. Mereka berangkat pada pukul 7 pagi, dan Mira merasakan perbedaan  antara kecepatan bus Malaysia yang lebih cepat dibandingkan dengan bus DAMRI di Indonesia. Hal ini membuatnya sedikit merasa mabuk perjalanan, namun ia tetap merasa nyaman berkat fasilitas bus yang memadai, seperti AC yang dingin dan jendela besar yang memberi pemandangan yang menyegarkan.
Pesan dan Kesan
Setelah menjalani perjalanan yang sangat berkesan ini, Mira merasa sangat terkesan dengan infrastruktur dan pelayanan yang ada di Kuching. Kebersihan kota, tata ruang yang teratur, dan keramahan penduduk setempat meninggalkan kesan yang sangat mendalam baginya. Ia berharap Indonesia dapat mencontoh berbagai aspek positif yang ada di Kuching, terutama dalam hal pengelolaan lingkungan dan fasilitas umum yang mendukung kenyamanan warga dan wisatawan. Mira juga merasa bahwa perjalanan ini memberikan banyak pembelajaran mengenai pentingnya menjaga kebersihan, keteraturan kota, serta menghargai budaya dan kehidupan di negara tetangga.
Perjalanan ini menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi Mira, karena selain memberi kenangan indah, juga membuka wawasan baru tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, keteraturan, dan pengelolaan kota. Ia berharap pengalaman ini dapat menjadi inspirasi untuk membawa perubahan yang positif di lingkungannya sendiri, di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI