Mohon tunggu...
Nur Makfudz
Nur Makfudz Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Salatiga

Manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

GUS DUR: Sang Pejuang Pluralisme Dalam Masyarakat Majemuk

13 Mei 2025   21:16 Diperbarui: 13 Mei 2025   21:16 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gus Dur: Sumber Google)

Siapakah sosok yang akrab lebih dikenal dengan Gus Dur itu? 

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa beliau adalah salah satu tokoh muslim Indonesia yang lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Pada usia 69 tahun, beliau meninggal dunia pada 30 Desember 2009, Jakarta. Beliau memiliki nama asli Abdurrahman Addakhil, akan tetapi beliau lebih dikenal dengan nama KH Abdurrahman Wahid dan lebih akrab dengan panggilan Gus Dur. Gus Dur adalah putra sulung dari KH wahid Hasyim dan Hj. Sholichah, beliau merupakan cucu dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Gus Dur merupakan presiden keempat Indonesia tahun 1999-2001. Pada saat pemerintahanya beliau dikenal dengan kebijakan-kebijakan yang kontroversi, akan tetapi beliau juga dikenal dengan bapak pluralisme (paham atas keberagaman). Beliau dipandang sebagai tokoh yang selalu mengajarkan dan memberi contoh sikap menjunjung tinggi keadilan, dan menghargai keberagaman tanpa membeda-bedakan antara agama, suku, ras, dan bahasa. Salah satu kebijakan Gus Dur dalam menegakan pluralisme sehigga banyak orang menyebut beliau sebagai Bapak Pluralisme Indonesia yaitu Gus Dur mengeluarkan Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 6 Tahun 2000 yang mencabut intruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto pada masa pemerintahannya.

 Apa isi dari Peraturan Presiden Soeharto tersebut?

Isi dari Intruksi Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto pada masa itu yaitu tentang larangan segala bentuk ekspresi agama dan adat Tionghoa di tempat-tempat umum atau terbuka. Pada era Gus Dur kemudian beliau mencabut tentang peraturan tersebut. Selain itu Gus Dur juga menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur Nasional Indonesia. Jadi, dengan adanya kebijakan tersebut, banyak orang khususnya masyarakat keturunan Tionghoa yang senang dan bangga karena mereka dapat menunjukkan kembali eksistensi dan identitas kebudayaan mereka. Dengan kebijakan itulah Gus Dur mendapat apresiasi khususnya dari orang-orang keturunan Tiongoa. Terkait hal tersebut, kemudian Gus Dur lebih dikenal dan mendapat julukan sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.

Referensi:

Wijaya, Muhamad Rudi. "Pendidikan Pluralisme" 01 (2011): 52--80.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/06/230000579/mengapa-gus-dur-dijuluki-bapak-pluralisme

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun