Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan dirinya (KBBI Daring). Bahasa dikatakan memiliki sifat arbitrer yaitu bahasa bisa muncul tanpa alasan atau manasuka. Dengan kata lain, tidak ada hubungan khusus antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dilambangkan. Sehingga, bahasa bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda antara pengguna bahasa.
Sebagai pengguna media sosial aktif, tak jarang bahasa yang kita gunakan sehari-hari mendapat pengaruh dari bahasa di sosial media. Melalui media sosial tersebut, orang-orang bisa menyampaikan maksud dari pikirannya, menampilkan kreatifitasnya dan berinteraksi dengan mahluk sosial lainnya.
Banyak sekali kata-kata unik yang didapatkan dari media sosial. Terkadang kata tersebut dipopulerkan oleh artis atau selebgram dan orang-orang yang secara tidak sengaja menampilkan kata-kata yang unik sehingga menjadi viral. Oleh Karen itu, kata-kata yang dilontarkan atau dituliskan tersebut menjadi banyak digunakan oleh orang-orang di jagad media sosial dan bahkan di kehidupan sehari-hari.
Akhir-akhir ini, kata ‘meninggoy’ sering digunakan pada caption sosial media. Seperti pada akun instagram pecinta aktor asal Korea Selatan yang memasang foto idolanya dengan pose senyum kemudian menuliskan caption,
“Ampun senyumnyaa… yuks meninggoy bareng”
atau pada akun pecinta artis dangdut Lesti dan Risky Billar yang mengupload foto kedua artis tersebut, kemudian menuliskan caption,
“Aduuuu lirikan mata mereka serasa kek mo meninggoy gitu yekaan."
Atau seorang food vlogger menuliskan “Rasa makanan ini, serasa mo meninggoy.” Kemudian, apa arti dan makna dari kata “meninggoy” ini sebenarnya. Kajian mengenai makna atau arti suatu bahasa dapat dilakukan dengan kajian ilmu semantik.
Perlu diketahui bersama bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia diturunkan dari bahasa Yunani kuno sema (bentuk nominal) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda linguistic seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Sudah disebutkan bahwa tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda yang berwujud bunyi, dan komponen petanda yang berwujud konsep atau makna (Chaer, 2012:14).
Kata semantik ini, kemudian disepakati oleh banyak pakar untuk menyebut bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda linguistic itu dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna-makna yang terdapat dalam satuan-satuan bahasa. oleh karena itu, semantik secara gamblang dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari makna (Chaer, 2012:14)
Kata “meninggoy” berasal dari kata baku “meninggal.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “meninggal” diartikan sebagai mati, berpulang (KBBI Daring). Dengan kata lain, kata “meninggal” digunakan untuk menyatakan orang yang telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.