Kali ini Kirno membelalak. Tiba-tiba ngantuknya hilang. Yuni memandang ke arah suaminya. Sebelum keduanya menjawab apa-apa Mbah Rukmo minta Kirno menuliskan pesan sms.
"Assalamu alaikum, Bapak pingin umroh. Minta sumbangannya lima juta. Sukur-sukur kalau lebih. Ditunggu balasannya besok pagi jam delapan." Tiga kali sms yang sama terkirim ke nomor yang berbeda.
"Sudah, No?"
"Sudah, Mbah," jawab Kirno.
Sesudah itu Mbah Rukmo berangkat tidur dengan sesungging senyum di bibir. Tinggal tunggu bagaimana jawaban anak-anaknya besok. Perlahan ia mulai memejamkan mata sambil bergumam, "Labbaikallah humma labbaik..." Mbah Rukmo tertidur pulas.
Mbah Rukmo tidak mendengar pembicaraan Yuni dan Kirno malam itu.
"Mas, dari mana kita bisa menyumbang Bapak?" suara Yuni.
"Aku juga belum tahu, Yun. Mana mungkin mendapat lima juta dalam waktu singkat. Pendapatanku kan cuma cukup untuk masak harian saja," suara Kirno.
"Apa bisa pinjam dari temanmu barangkali, Mas?" usul Yuni.
"Halah, teman-temanku ya kayak aku. Sama-sama buruh. Podho kerene," sahut Kirno mengetuk-ngetuk jidatnya sendiri.
"Ya, jadi gimana ya? Dari mana?" Yuni mulali linglung.