Mohon tunggu...
Nurina PS
Nurina PS Mohon Tunggu... -

26yo. Mrs.Dwiyantoro. Mom of Two. Hampir dua dasawarsa menetap di Berau. Dan satu windu nomaden Bandung-Bogor-Depok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Akar itu adalah Mama Mertua Saya

25 Agustus 2015   21:26 Diperbarui: 25 Agustus 2015   21:26 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya panggil beliau dengan sebutan Mama, sebagaimana  suami memanggil beliau. Usianya sudah lebih dari setengah abad. Tubuh Mama kecil,kurus,mata sayu,mungkin untuk sebagian orang ketika pertama kali melihat penampilan fisik Mama sudah pasti menganggap Mama ini wanita ringkuh lagi lemah. 

Tapi bagi saya, Mama adalah tipe perempuan sekuat baja yang tak lekang oleh apapun juga. Tipe istri dan ibu ideal yang njawani itu saya temukan di beliau.

Begitu khidmatnya beliau melayani Bapak. Bukan berarti mereka lolos dari ujian rumahtangga. Cekcok selalu ada. bahkan sampai usia tua mereka. Tapi Mama tetap menempatkan diri bahwa sejatinya istri  yaa lebih baik mengalah. Mengalah bukan berarti kalah. Justru ada satu kekuatan yang muncul dari sana. Yang mungkin membuat Bapak terus setia sampai tua. Kekuatan yang banyak tidak disadari oleh para wanita tapi sungguh membuat Laki laki tergila gila. Kekuatan itu,kelembutan namanya.

Mama juga mampu menempatkan kasih sayang pada tempatnya. Beliau lebih sering tegas kepada ketiga anaknya. Tidak semua permintaan anak dikabulkan. Terkecuali kalau itu urusan pendidikan dan makanan yang dikonsumsi,beliau adalah orang terdepan yang paling cerewet. Mbak ipar saya bahkan ketika kuliah selalu mengenakan kemeja milik Bapak. Bukan karena Mama dan Bapak ndak punya uang. Tapi karena Mama ingin menanamkan ke putri pertamanya bahwa menuntut ilmu ndak perlu lah pakai embel embel pakaian model terbaru demi meraih gengsi di pergaulan. 

Hal lain yang bikin saya salut, beliau selalu memberikan yang terbaik untuk anak anak dan suami. Mama rela mengantar jemput dan menunggui anak anaknya sekolah dan TPA yang jaraknya jauh karena harus ditempuh dengan jalan kaki. "Jangan sampai anak anak Mama bodoh,ndak bisa ngaji seperti Mama. Mama memang ndak paham agama tapi mama mau anak anak mama jadi anak sholeh. Doain orangtua. Ga pada berantem antar saudara. Saling bantu kalau kesusahan." Begitulah untaian berharga yang terucap dari seorang Ibu yang bahkan membaca IQRO jilid 1 saja terbata bata.

Tapi cobalah, betapa Allah itu Maha Penyayang. Doa Mama setidaknya terkabul di dunia. Saya bisa merasakan doa tersebut karena kini saya menjadi istri dari satu satunya anak lelaki yang beliau miliki. Setidaknya sampai detik ini,saya merasakan kesholehan anak lelakinya yang kini menjadi suami saya. Buah dari doa doanya. Setidaknya sampai detik ini pula, ga ada tuh cerita terjadi perselihan  antara saya dengan mertua dan ipar ipar saya. Adem ayem saja rasanya.

Hal lain yang bikin saya salut kepada beliau,adalah rasa syukur beliau yang tidak berbatas. Makanan yang tersedia dengan menu sederhana adalah rizki di hari itu. Anak anak beliau tidak pernah protes sama makanan yang umumnya berkisar tahu tempe yang hanya diubah gaya memasaknya,tumis, goreng,atau di santan.hehe..berbeda kondisinya ketika saat ini banyak ibu yang berupaya agar anak anaknya makan makanan dengan menu yang variatif,tampilan makanan yang ditata sedemikian unik, demi agar anak mau makan. Rupanya,hal ini membuat keuntungan sendiri buat saya sebagai istri. Suami tidak pernah meminta mau makan apa. Apa yang saya masak itulah yang di makan. Enak tidak enak bagi suami saya tetap enak.hehe..

Mama mertua saya adalah tipe perempuan akar. Akar itu identik dengan sumber kehidupan sebuah tumbuhan.jika akarnya rapuh,rusak,lemah,sudah bisa dipastikan pohon dan daunnya akan tumbang dan tidak berbuah. Mama adalah akar yang kuat itu,tidak mengikuti zaman,tidak mengikuti tren, dan menyadari bahwa dirinya akan terus ada di dalam tanah menopang kehidupan batang dan daun daunnya agar terus kuat.Memang ,ruang gerak akar hanya didalam tanah karena terikat dengan hukum alam. Tapi coba bandingkan dengan feminis perempuan ,yang sejatinya mereka adalah akar itu sendiri namun memaksakan diri sejajar dengan batang. Apa jadinya coba?

 

Agathis.25.08.2015

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun