Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru (dulu)

Di rumah saja

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Semalam di Jakarta

6 Februari 2025   17:56 Diperbarui: 6 Februari 2025   17:56 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#7. Mahal

Yang ini sudah jelas sekali. Biaya hidup di kota Jakarta jelas lebih mahal daripada di kota Malang. Biaya sewa kos atau kontrak rumah dan makan sehari-hari sudah menguras gaji yang sebesar UMR. Di kota Malang dengan gaji yang sama masih bisa menabung, di Jakarta? Belum tentu.

#8. Pengamen yang ngasih uang kembalian.

Aneh ya. Ketika itu saya sedang duduk menunggu di kawasan pinggiran Walkot Farm, ada seorang pengamen mendatangi saya dan mulai bernyanyi. Lagunya terdengar asing, saya menolak dengan mengatakan."Maaf Mas nggak ada uang kecil,". Lha kok si pengamen itu menjawab ," Oh, berapa uangnya Bu? Saya ada kembalian kalau mau."

Waduh jian mashook tenan!

#9. Banyak Starling (Starbucks Keliling)

Di tepian sungai, di antara penjual kaki lima, di samping penjual cilok yang berdampingan dengan konter hp kaki lima terdapat penjual kopi dengan konsep starling. Mereka menjual kopi menggunakan sepeda , membawa aneka kopi rencengan lengkap dengan termos di keranjang depan. Di bagian belakang sepeda digantung satu atau dua kursi mini untuk tempat duduk pembeli yang memerlukan. Profesi yang inovatif karena menghadirkan alternatif kopi murah sambil memandang sudut-sudut Jakarta.

Saya tidak biasa minum kopi, hanya menemani suami saja. Kata suami saya istimewa. "Keberadaanmu bagaikan secngkir kopi yang aku butuhkan setiap pagi yang dapat mendorongku untuk tetap bersemangat menjalani hari," begitu katanya.

Cie-cie jangan iri ya, kami berdua hanya sepasang orang tua yang seperti gula dan kopi. Saling melengkapi dan saling menjaga eksistensi diri masing-masing. Gula tetaplah manis dan kopi yang tidak bisa menyembunyikan rasa pahitnya.

#10. Banyak nyamuknya

Sebelum ke KUA kami singgah di rumah Pak Encang, kerabat calon besan. Rumahnya di kampung , masuk di gang sempit yang berkelok-kelok seperti labirin. Begitu sampai kami disambut dengan makanan khas Betawi, sayur asem, sambel, jengkol pedas, ikan asin, ayam goreng, tahu dan tempe goreng. Sambil menikmati sarapan saya perhatikan kipas angin besar yang tak berhenti berputar. Kata tuan rumah fungsinya kipas angin selain untuk sirkulasi udara segar juga untuk mengusir nyamuk. Karena nyamuk disini cuma ada lima tetapi masing-masing membawa pasukannya lima pleton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun