Bandung, 25 Oktober 2019
Zanetta kembali berteriak demi mengejar kaki kecil seorang anak yang tengah berlarian mengejar bola. Ia hampir saja menyerah saat terdengar langkah besar dari belakangnya dan benar saja suaminya yang malah ikut berlarian dengan riangnya bersama sang putra.
Ia sadar bahwa mendidik dan mengajari malaikat kecilnya butuh kesabaran begitu besar sampai akhirnya ia pun tahu rasanya menjadi seorang ibu bukan lagi hal yang mudah. Zanetta memilih mengamati kedua lelaki yang paling berharga dalam hidupnya. Salah satunya lelaki yang kini menggendong sang malaikat kecil demi meringankan bebannya menyuapi anaknya yang lincah tak terkira.
"Kazza susah banget di suruh makan,"
Kazza---putra satu-satunya Zanetta kini malah tertawa jenaka. Melihat gigi  milik Kazza mau tak mau Zanetta ikut tertawa karena Kazza yang baru tumbuh beberapa saja. Lelaki di sampingnya juga ikut tertawa melihat Kazza yang masih saja ceria.
Mendapatkan kesempatan emas seperti ini akhirnya Zanetta menyuapi putranya yang selalu saja ngeyel saat bermain sendiri. Kazza yang nampaknya kelelahan akhirnya mengikuti mau sang Ibunda yang tak kalah gemas dengan aksinya membuka dan menutup mulutnya. Dengan penuh kesabaran akhirnya Kazza pun selesai makan hingga akhirnya Kazza malah meminta sang ayah menemaninya kembali bermain bersama.
Masih dengan posisi menyandar di atas kursi Zanetta mengunyah makanannya asal karena matanya kini masih mengawasi Kazza yang kadang terlalu ingin tahu dengan banyak hal bahkan cendrung tak hati-hati saking ingin tahu mengenai apapun di sekitarnya.
Tak sadar kini piring yang tengah Zanetta pegang malah beralih ke tangan suaminya. Dengan senyum pengertian sang suami, Zanetta tak mengerti dan meminta piringnya kembali namun sang suami malah mengecup pelan kening Zanetta.
"It's my turn, right? supaya istri cantiku tidak kelaparan."
Zanetta terharu lalu menganggukan kepalanya karena rasa lapar mengalahkan rasa cintanya sekarang.
"Aku gendutan yah sejak melahirkan Kazza."
"Seksi kalau kata aku."
"Dulu kata kamu jangan gendutan."
"Sekarang nggak gendut cuma gemas aja."
"Ih kayak aku Kazza aja gemas gemas gimana gitu."
"Lha, kamu kan mamanya Kazza."
"Yaiya sayangku, maksud aku---"
Tiba-tiba suaraa teriakan Kazza membuat keduanya sontak bangun mencari sumber suara. Terutama Zanetta yang sangat khawatir tetapi tak lama kemudian saat menemukan Kazza yang terbaring sembari mengusap bulu kucing dan sesekali menjerit gemas akhirnya Zanetta tahu penyebab suara tadi.
"Kazza yah bikin bunda gemas!"
Kazza hanya tergelak bahagia namun tak lama kemudian Kazza malah berlari kecil dengan tangan terbuka ingin meraih pelukan saat itu juga Zanetta menggendongnya serta menciumi pipi Kazza saking gemasnya. Mereka bertiga pun berjalan pelan kembali ke dalam rumah mereka.