Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Editor - Peminat sastra

Peminat sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewahkah Petani Makan Beras Organik?

1 Desember 2022   00:58 Diperbarui: 1 Desember 2022   01:05 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah petani Paguyuban Petani Al Barokah memanen padi organik. Sumber: Antara/Akbar Tado 

Karena itu, ketika ada pemburu yang tertangkap, si pemburu akan dihadapkan pada pilihan cara kekeluargaan atau dilaporkan kepada polisi. Desa Ketapang memang bekerja sama dengan kepolisian setempat terkait kearifan lokal tersebut. Kalaupun pemburu memilih cara kekeluargaan, dipilih hukuman yang sifatnya membuat jera si pemburu.

Lingkungan sedemikian dijaga, sampai-sampai petani-petani di Desa Ketapang tidak ingin merusaknya walaupun melalui aktivitas pertanian. "Kami ini berpandangan lahan itu bukan warisan nenek moyang, tapi titipan buat anak-cucu," ujar Pak Mustofa. 

"Kalau bertani asal bertani, tanah kehilangan kesuburannya karena kebanyakan dosis pupuk kimia, lalu nggak menghasilkan, yang paling rugi ya petani. Kita juga bersalah sama makhluk hidup yang tinggal di sawah yang jadi mati atau kehilangan habitatnya."

Ilustrasi model tumpukan dalam pembuatan pupuk kompos oleh Paguyuban Petani Al Barokah. Sumber: Albaorganik.com 
Ilustrasi model tumpukan dalam pembuatan pupuk kompos oleh Paguyuban Petani Al Barokah. Sumber: Albaorganik.com 

Selain menjaga lingkungan, paguyuban ini juga berkomitmen untuk menanam benih padi lokal, misalnya benih padi rojolele dan beras cianjur. Secara keseluruhan, Paguyuban Petani Al Barokah memiliki 93 varietas benih padi. Jenis benih padi yang mereka tolak adalah produk GMO (Genetically Modified Organism), yakni benih padi hasil rekayasa genetik. Sifatnya yang tidak alami dikhawatirkan memberikan dampak buruk bagi kesehatan, lingkungan, agama, dan psikis.

Demi kemaslahatan bersama antara alam dan manusia, itulah dasar pijakan Paguyuban Petani Al Barokah dalam bertani. Mereka memang tumbuh dalam lingkungan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat. Nilai-nilai yang dijaga dengan baik itu mengembangkan paguyuban itu sendiri. Pada awal dibentuk, paguyuban ini hanya beranggotakan 7 kelompok tani di 1 desa, yakni Desa Ketapang.

Kini anggotanya sudah bertambah hingga 16 kelompok di 5 desa, terdiri atas 428 petani. Saya sebagai orang awam yang mengukur kemajuan pertanian salah satunya dengan capaian ekspor jadi kehilangan kata-kata mendengar paparan laki-laki usia 54 tahun itu, "Kami tuh ekspor kalau terpaksa saja. Prioritas kami, yang mengonsumsi beras organik kami ya petaninya, kemudian masyarakat Indonesia. 

Masa beras yang kualitasnya bagus dan menyehatkan malah dibawa ke luar negeri. Terus kita, terutama petaninya, disuruh makan raskin gitu?" Duh, malu saya.

Pertanian organik rupanya dianggap sebagai konsep yang cukup berkeadilan bagi petani. Dari sisi penghasilan, mereka bisa tersenyum dan jauh-jauh dari pikiran menjual sawah kepada pengembang perumahan, hehe.... Produk utama paguyuban ini adalah beras organik. 

Selain itu, banyak pula produk turunannya, misalnya pecahan beras diolah menjadi kerupuk, menir diolah menjadi tepung beras. Kulit ari beras atau bekatul diolah menjadi bubuk minuman yang berfungsi mengurangi kadar gula dalam darah. Kulit gabah hingga sekam padi pun diolah menjadi produk atau sekadar diambil manfaatnya. Semua unsur diambil manfaatnya, tidak dibiarkan terbuang sia-sia.

Anggota Paguyuban Petani Al Barokah sedang menimbang produk turunan beras organik. Sumber: agrikan.id
Anggota Paguyuban Petani Al Barokah sedang menimbang produk turunan beras organik. Sumber: agrikan.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun