Mohon tunggu...
Andi Nur Fitri
Andi Nur Fitri Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan swasta

Ibu dua orang anak, bekerja di sekretariat Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia Komisariat Wilayah VI (APEKSI Komwil VI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dongeng Keliling, "Because Children are 100% Our Future"

18 April 2018   14:19 Diperbarui: 18 April 2018   14:32 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maafkan aku...maafkan aku Rama...aku mengambil mentimun ini hanya demi menyalakan pesawat yang akan membawaku pulang ke hutan...hiks...hiks" , isak si kancil kepada Rama. "iya, baiklah. Aku akan memberikanmu mentimun ini, asalkan kau berjanji tidak mencuri lagi. Lebih baik kau meminta dengan cara yang baik daripada kau mencurinya", tegas Rama kepada kancil. Demikian potongan cerita dari Kak Mangga, salah satu tenaga pendongeng Dinas Perpustakaan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar sebelum akhirnya ia memberikan pesan moral tentang kejujuran dan kedermawanan pada dongeng yang dibawakannya. 

Tanpa beralaskan selembar tikar pun, sekitar 60 orang murid di SDN Bulogading Makassar duduk penuh antusias mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh Kak Mangga di beranda depan kelas dua. Wajah mereka ada yang penasaran, ada yang menahan tawa melihat mimik pendongeng yang lucu, bahkan ada yang tampak serius hingga kedua alisnya hampir bertemu...he he he. 

Mereka tak peduli dengan debu lantai sekolah, intonasi suara pendongeng yang kadang keras, melembut, menyeringai, bahkan tertawa seolah menyihir perhatian untuk terus menatap rupa Kak Mangga yang menggemaskan...Maklumlah pendongeng hari itu cukup tambun badannya, tetapi sangat ramah pada anak-anak yang didepannya.  

Hari itu 11 April 2018 tepat pukul 10.30 pagi, jadwal Dongeng Keliling (Dongkel) bersama Kak Mangga di SDN Bulogading. SD yang terletak di kawasan Sombaopu Makassar ini hanya memiliki kurang lebih 60 orang siswa, tapi tak menyurutkan tim Dongkel untuk bertugas. Dalam hati saya terbersit kesedihan...di kawasan yang padat ini, sebuah sekolah negeri hanya memiliki 60 orang siswa. Jika dirata-ratakan, setiap kelas hanya memiliki 10 orang siswa. Berdasarkan informasi dari kepala sekolah dan guru setempat, kebanyakan anak-anak di sekitar bersekolah di swasta. Ya meskipun gratis, ternyata kualitas tak boleh dilupakan, gumamku dalam hati.

Kembali ke dongkel. Ini memang merupakan salah satu program unggulan dari Dinas Perpustakaan Pemkot Makassar. Layanan dongkel mulai berjalan pada tanggl 19 Januari 2016 di SDN Komplek Pemda. Awalnya dongkel adalah program yang dicantolkan dalam program Perpustakaan Keliling atau perpusling. Dongkel dirancang untuk menarik minat para pelajar khususnya TK hingga SMP agar tertarik membaca buku-buku yang disediakan dalam armada perpusling.

Dari Sepi Peminat ke Dongkel

Sebagai penyedia layanan pustaka bagi masyarakat, mobil perpusling setiap senin sampai kamis datang mengunjungi beberapa sekolah, tujuannya untuk mempromosikan kegiatan membaca bagi anak-anak sekolah. Diharapkan dengan layanan mobil tersebut, pelajar dari sekolah dapat menikmati bahan bacaan yang beragam. Berdasarkan data dari Dinas terkait, lima tahun yang lalu minat baca masyarakat kota Makassar hanya berada di angka 28%, oleh karenanya mobil-mobil perpustakaan pun digerakkan setiap harinya untuk melayani beberapa titik sekolah, meskipun dengan judul buku yang terbatas dan armada yang juga hanya berjumlah tiga buah.

Namun kenyataan belumlah sesuai harapan. Mobil perpusling yang singgah di beberapa sekolah belum mampu membuat pelajar yang menjadi target dari program peningkatan minat baca tergerak untuk membaca buku dari mobil perpusling tersebut. "Dapat dihitung jari siswa-siswa kita yang menyambangi mobil perpusling...ada yang sekedar meliha-lihat, namun itu hanya sebentar", tukas Pak Tulus, salah satu pustakawan Pemkot Makassar.

Mencermati sepinya pengunjung mobil perpusling, dinas terkait membuat terobosan dengan menyertakan dongeng sebelum anak-anak dituntun berburu buku bacaan di mobil perpusling. Mulailah dinas perpustakaan merekrut pendongeng, baik dari komunitas pendongeng yaitu Rumah dongeng, Kampung Dongeng dan Pendongeng Indonesia maupun alumni lomba mendongeng yang dilakukan oleh Pemkot Makassar.

Setelah bersepakat dengan para pendongeng, dinas mendekati sekolah-sekolah mempromosikan dongkel with mobile library. Sambil terus menjalin komunikasi dengan para pendongeng untuk memastikan jadwal mereka di sekolah-sekolah yang telah ditentukan, baik dinas maupun pendongeng terus berbenah memperbaiki format dongkel tersebut. 

Sebutlah beberapa hal yang semakin diperbaiki yaitu durasi mendongeng yang mencapai 30 hingga 40 menit, content atau isi dongeng yang dikombinasikan antara cerita rakyat Sulawesi Selatan dengan dongeng nasional, kemudian penyampaian misi dari para pendongeng yang sebagian berstatus pendongeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan ada juga sesi membuat penasaran dimana para pendongeng ditugaskan menggantung cerita, dan menuntun anak-anak menuntaskan dongeng tersebut melalui pencarian bukunya di mobil perpusling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun