Mohon tunggu...
Nur Fararizaa
Nur Fararizaa Mohon Tunggu... Ilmu Hubungan Internasional Universitas Teknologi Yogyakarta

Hoby saya treveling sebab treveling membuat saya bisa tenang dan mencari inspirasi baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Kekuatan ke Kepercayaan: Empat Cara Teori Hubungan Internasional Melihat Dunia

15 Oktober 2025   01:15 Diperbarui: 15 Oktober 2025   01:15 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tokoh penting: Robert Keohane, Joseph Nye

Neo-Liberalisme muncul untuk memperkuat teori liberalisme dalam konteks dunia modern. Teori ini mengakui bahwa sistem internasional tetap anarkis, sebagaimana dikatakan realis, tetapi menekankan bahwa kerja sama tetap mungkin dilakukan jika difasilitasi oleh lembaga internasional yang kuat dan terpercaya.

Robert Keohane dan Joseph Nye memperkenalkan konsep interdependensi kompleks, yaitu kondisi di mana negara saling bergantung dalam bidang ekonomi, politik, dan keamanan. Karena saling membutuhkan, konflik menjadi tidak efisien, dan kerja sama menjadi pilihan yang lebih logis.

Neo-liberalis menekankan peran penting lembaga internasional seperti PBB, WTO, dan ASEAN dalam membangun kepercayaan, menciptakan aturan bersama, dan mengurangi potensi konflik.

Contoh:
Organisasi ASEAN di kawasan Asia Tenggara mencerminkan pandangan Neo-Liberalisme. Meski tiap negara memiliki kepentingan nasional berbeda, mereka tetap memilih bekerja sama dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan keamanan regional. Ini menunjukkan bahwa lembaga internasional mampu menjembatani perbedaan dan menjaga stabilitas kawasan.

Persamaan dan Perbedaan

Keempat teori ini sama-sama bertujuan untuk memahami dinamika dunia internasional, tetapi berbeda dalam cara pandang dan titik fokusnya terhadap perilaku negara.

Realisme dan Neo-Realisme menekankan kekuasaan, keamanan, dan anarki sebagai inti dari hubungan antarnegara. Dalam pandangan ini, negara dianggap sebagai aktor rasional yang selalu bertindak demi kelangsungan hidup dan kepentingan nasionalnya. Kekuatan militer serta keseimbangan kekuasaan menjadi kunci stabilitas sistem internasional.

Sementara itu, Liberalisme dan Neo-Liberalisme melihat dunia dari sudut pandang yang lebih optimis. Mereka percaya bahwa kerja sama, hukum internasional, dan lembaga global dapat menciptakan perdamaian serta kesejahteraan bersama. Negara tidak selalu harus bersaing, tetapi bisa membangun hubungan saling ketergantungan yang menguntungkan semua pihak.

Jika kaum realis memandang dunia sebagai arena konflik dan persaingan abadi, maka kaum liberalis memandangnya sebagai ruang interaksi yang bisa menciptakan stabilitas dan kemajuan bersama. Dengan kata lain, realisme menekankan "kekuatan dan keamanan", sedangkan liberalisme menekankan "kepercayaan dan kerja sama".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun