Mohon tunggu...
nurfadhilah rauf
nurfadhilah rauf Mohon Tunggu... Dosen, Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Pendidikan

Licensed Promotor STIFIn Family

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Ketika Tulisan Dianggap Provokatif: Pelajaran dari Artikel yang Ditarik

14 April 2025   20:43 Diperbarui: 14 April 2025   20:43 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi AI generated

kritik terhadap program makan gratis yang berpotensi memfasilitasi konsumsi makanan tak sehat,

  • hingga penolakan program tersebut oleh siswa di Papua.

  • Semua disertai data, fakta, dan analisis. Tapi tetap saja, tulisan tersebut ditarik. Alasannya: dianggap provokatif. Saat itu, saya hanya bisa mengangguk pelan. Mungkin saya memang terlalu "terbuka" menyuarakan hal-hal yang seharusnya dibahas perlahan. Atau mungkin, sistem belum siap untuk diajak berdiskusi dengan cara yang tidak biasa.

    Pelajaran untuk Para Penulis
    Dari pengalaman ini, saya belajar beberapa hal yang bisa jadi bekal untuk penulis lain:

    • Kenali platform tempat menulis. Setiap platform punya standar moderasi sendiri. Apa yang diterima di blog pribadi belum tentu lolos di platform komunitas besar.

    • Jaga nada, bukan makna. Kita bisa tetap menyampaikan kebenaran, tapi dengan pilihan kata yang lebih diplomatis. Kadang, sarkas halus lebih nendang daripada serangan langsung.

    • Gunakan data, bukan hanya opini. Data memberi kekuatan pada tulisan. Tapi jangan lupa, cara mengemas data juga penting. Bukan hanya apa yang disampaikan, tapi juga bagaimana.

    • Siapkan ruang alternatif. Punya blog pribadi, akun Medium, atau bahkan newsletter bisa jadi solusi jika suatu hari tulisan kita "ditolak" rumah utama.

    Menulis Bukan Sekadar Menyuarakan, Tapi Juga Merawat Suara
    Tulisan yang ditarik bukan berarti tulisan yang salah. Bisa jadi, justru karena tulisannya terlalu "mengena", maka dianggap terlalu "mengganggu". Tapi sebagai penulis, kita perlu terus belajar: menyuarakan dengan cara yang tidak hanya terdengar, tapi juga bisa bertahan.

    Karena di dunia yang penuh algoritma dan sensor halus, menulis bukan hanya soal apa yang ingin kita katakan, tapi juga bagaimana agar pesan itu tetap hidup, meski mungkin harus menempuh jalan memutar.

    Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun