Mohon tunggu...
Nuraziz Widayanto
Nuraziz Widayanto Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis apa saja sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Bias-bias

19 Maret 2011   16:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

22:51

Tentang rasa
bak seputik madu yang dihisap rama-rama.
manis sempurna.
itukah cinta?

tentang syahdu
serupa awal pagi dengan angkasa membiru.
Halimun pun tak jadi beku.
inikah rindu?

lalu bias.
saat burung terkepak bebas.
dan bayu merasuk perlahan bersama tarikan nafas.
bisakah ikhlas?

23:01

dan pertanyaan-pertanyaan menggantung tanpa jawaban. matahari pulang ke peraduan. mendung cermin bulan. malam larut menimbun kesunyian. ketika cakrawala melambai membujuk cahaya datang, hanya ada hitam demi hitam berharap dikenang. andai adalah kata yang memenuhi angkasa tanpa bintang. kesunyian yang riuh pertanyaan tanpa jawaban, hanya hitam sebagai kenangan.


23:14

Sebuah pesan terkirim padamu.
kabarkan kisah penantian.
tentang sejuta rindu.
memenuhi penjuru pikiran.

ingatkah pada masa yang terlewati?
dara gelisah dan merasa pedih
lantas pendar purnama mengiringi
beri kesejukan dara yang bersedih

purnama apakah melupa?
hembus kasihnya tertinggal di jiwa
dara terlena, hanyut dalam cinta
namun pagi bilang, itu hanya hati yang buta

purnama bolehkah aku gemakan teriak?
saat hati tak juga melunak
hanya pendarmu dalam benak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun