Silakan persalahkan Dopamin. Oh ya, hormon yang menciptakan perasaan bahagia ketika membaca adegan seks, menonton orang berhubungan seks, dan melakukan hubungan seks itulah yang membuat manusia kecanduan.Â
Efek seks bagi otak layaknya alkohol dan narkotika. Menyenangkan.Â
Sebelum era digital, seks dijadikan sarana rekreasi dan prokreasi. Pada era sebelum kemerdekaan sampai sesudah kemerdekaan ketika listrik belum sepenuhnya menjamah Indonesia, apa yang akan dilakukan pasangan suami istri pada malam gelap yang hanya diterangi lampu minyak? Tidak mungkin juga kan mereka nonton di XXI sebagaimana pasangan zaman sekarang. Makanya mbah dan mbah buyut kita punya banyak anak. Proses pembuatannya enak, menghasilkan hormon yang membangkitkan perasaan bahagia pula.Â
Bagaimana dengan zaman sekarang?Â
Negara-negara maju di Eropa, Jepang dan Korea Selatan tengah mengalami resesi seks, yakni orang-orangnya semakin enggan berhubungan seksual. Namun, bukan berarti seluruh manusia mampu melawan kodrat alam.
Coba kita berkaca pada berita nasional yang sedang hangat, soal skandal di salah satu maskapai penerbangan plat merah. Awalnya kita disuguhi informasi mengenai petinggi maskapai yang diduga menyelundupkan sesuatu. Namun belakangan, jagat maya ramai meributkan soal simpanannya. Tak sampai di sana, malah merembet ke soal prostitusi yang melibatkan nama besar pejabat perusahaan itu.Â
Mengapa? Mengapa urusan selangkangan lebih menarik dibandingkan isu awal soal penyelundupan?Â
Jawabannya: Manusia suka seks tetapi terlalu angkuh mengakuinya.Â
Masih perlu bukti?Â
Silakan klik Google Play Store dan kira-kira buku apa yang bertengger di daftar paling laris, meskipun sebenarnya saya bisa mengunggah screen shot, tapi nanti saya disebut mempromosikan novel anu.Â
Lagi-lagi saya perlu membahas Wattpad.Â