Mohon tunggu...
Nur AfnyCatur
Nur AfnyCatur Mohon Tunggu... Dosen dan Peneliti

Saya Seorang Dosen dan Peneliti yang memiliki keahlian pada bidang AI-Data Science khususnya untuk Medical and Healthcare

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kartini- Revolusi Lewat Narasi

2 Mei 2025   21:00 Diperbarui: 2 Mei 2025   21:00 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Narasi: Afny Andryani, Ilustrasi: Lya Artzee

Memoar Tentang Kartini

Sekitar 21 tahun lalu, di sebuah Aula Asrama Putri Universitas Gadjah Mada, Ratnaningsih, Jogjakarta digelar bedah buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang merupakan kumpulan surat-surat Kartini. Saya lupa detailnya, termasuk siapa narasumber yang kami undang, tapi yang saya ingat, sebagai warga baru asrama saat itu, saya diberikan tugas menjadi moderator. 

Berhari hari saya membaca buku tersebut, mencatat dengan seksama, mencoba mensarikan poin poin penting yang tercurah dalam surat-surat RA Kartini pada beberapa sahabat eropanya dalam kurun 5 tahun, utamanya Rosa Abendanon dan suaminya JH Abendanon. Beberapa sumber menyebut JH Abendanon memiliki posisi penting dalam Pendidikan di pemerintahan Hindia Belanda.

Saat hari H, saya tampil bak Najwa Shihab. Debut- debut awal saya berbicara didepan publik sebagai moderator menuai banyak pujian. Saya dianggap berhasil membawa bedah buku menjadi menarik dan semangat Kartini tersampaikan dengan mudah dengan pembahasan diskusi yang kaya dan dan narasi yang sistematis.

Kegelisahan dan Gagasan Kartini

Kartini lahir sebagai seoarng putri Bupati ...di wilayah Jawa. Saat itu negri ini sudah masuk dalam penjajahan Hindia Belanda. Kemelaratan rakyat pribumi begitu jelas di sekitar pandangan Kartini belia. Kartini pun tumbuh ditengah budaya Jawa yang sangat kental dengan feodalisme saat itu. Budaya Jawa saat itu betul betul membuat Perempuan sebagai manusia kelas dua. Tradisi pingitan yang mengharuskan perempuan dipingit sejak ia remaja tanpa akses sama sekali terhadap dunia luar dan pendidikan, sungguh ampuh melemahkan karsa dan upaya seorang perempuan. Sampai kemudian ia lepas dari masa pingitan karena dinikahkan dengan sesorang yang sama sekali bukan pilihannya. Bahkan momen yang sangat menentukan perjalanan panjang bagi seorang Perempuan ini pun, mereka tidak punya sedikitpun suara untuk menentukan pilihan. 

Sebagian Perempuan jawa inipun akhirnya terbiasa tumbuh di lingkungan yang membentuk mereka menerima apapun yang ditetapkan untuk mereka, oleh orang tua atau suami,  sekalipun untuk banyak hal yang merugikan. Bahkan yang paling menyedihkan, gambaran dari surat-surat kartini menceritakan bahwa Perempuan-perempuan itu dengan mudahnya saling tertawa menceritakan aib suami masing-masing dan tetap bertahan dalam pernikahan karena ketakutan dicerai, yang pada akhirnya membuat mereka takut tidak mendapatkan nafkah dan tidak bisa hidup. 

Bisa dibayangkan, betapa struktur budaya feodalisme tersebut begitu sistematis membentuk Perempuan yang bodoh dan lemah. Di beberapa narasi surat-surat Kartini lainnya, beliau menekankan paradox aneh dalam budaya Jawa saat itu. Dimana Perempuan ditutup aksesnya untuk maju menuntut ilmu namun diberikan tanggung jawab maha besar mendidik anak-anaknya di rumah,

"Dan bagaimanakah ibu-ibu bumiputera dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri tidak berpendidikan"

Dalam narasi yang lain beliau juga menekankan tugas berat seorang Perempuan dalam rupa seorang ibu dengan mengatakan "ibu adalah pusat Pendidikan rumah tangga. Kepada mereka dibebankan tugas besar mendidik anak-anaknya, Pendidikan akan budi pekertinya. Berilah Pendidikan yang baik bagi anak-anak Perempuan. Siapkanlah dia masak masak untuk menjalankan tugasnya yang berat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun