Mohon tunggu...
Nur Widiyanto
Nur Widiyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer,

Orang biasa, hobi menulis tentang banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sisi Lain Kisah Siti Nurbaya

13 April 2023   14:09 Diperbarui: 13 April 2023   14:13 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.historyofcirebon.id/2018/04/siti-nurbaya-istri-pejuang-yang-lari.html

Novel Kasih Tak Sampai, yang dulu ditulis oleh Marah Rusli, bisa dibilang mengemas beragam pesan dari penulisnya. Bila dipahami, pesan-pesan yang disampaikan dalam alur cerita yang cukup kompleks dan saling terkait. Namun dalam tulisan ini, saya mencoba fokus pada tiga tokoh utama, dan melihat sebagian kecil sisi yang ditampilkan oleh Sang Penulis.

Tulisan inipun, sama sekali tidak bermaksud mendiskreditkan para tokoh (seandainya mereka adalah nyata), karena saya hanya mengulas berdasarkan kisah yang ditulisakan dalam novel ini.

Siti Nurbaya

Yang pertama, adalah tokoh SIti Nurbaya. Selain tentang kisah cintanya yang tak kesampaian, di sini kita bisa menangkap pesan lain yang ingin disampaikan penulis. Pesan itu adalah, tetang kondisi sosial-budaya yang kerap kurang memberi ruang keapda kaum perempuan. Siti Nurbaya, yang terpaksa menerima lamaran Datuk Maringgih, demi membebaskan ayahnya dari jerat utang, adalah sebuah fenomena yang perlu dicermati.

Di masa kini, kita memang melihat, banyak kaum perempuan menduduki jabatan-jabatan strategis, baik di pemerintahan maupun dunia usaha. Itu sebuah kemajuan, bisa dibilang demikian. Tapi cobalah sejenak kita melihat lebih luas. Jujur saya tidak memiliki data statistik tentang hal ini, tapi pengamatan saya di lingkungan sekitar, setidaknya bisa menjadi gambaran. Masih ada (banyak ?) kaum perempuan yang terjebak dalam kekangan, dengan berbungkus adat/budaya, kondisi ekonomi, atau bahkan (maaf) doktrin agama.

Kewajiban patuh pada orang tua atau kepada suami, baik karena alasan budaya, agama, maupun ekonomi, sering tidak memberi ruang kepada perempuan untuk menentukan pilihan pribadinya. Keleluasaan memilih pendidikan, pekerjaan, hingga keputusan lain, terlebih di kalangan masyarakat tertentu, seringkali tidak mereka miliki sepenuhnya. Dalam masyarakat jawa, ada paham tidak resmi, namun sepertinya masih dipegang di beberapa kalangan. Adanya istilah "wong mburi", wong wadon nggone neng padon", meski bukan istilah yang resmi, dan (mungkin) hanya berlaku di kalangan tertentu, setidaknya masih menggambarkan adanya pemangkasan hak-hak kaum perempuan pada budaya tertentu.

Syamsul Bahri

Syamsul Bahri digambarkan sebagai pemuda yang cerdas, dan berasal dari keluarga berada. Atas dorongan ayahnya, dia menempuh pendidikan kedokteran di Batavia, meski akhirnya tidak menamatkannya. Rasa frustasi karena merasa kehilangan Siti Nurbaya, yang sangat dicintainya, serta dendamnya kepada Datuk Maringgih, telah mendorongnya masuk militer Belanda.

Jujur saja, saya mengenal kisah ini awalnya dari sinetron (lupa tahun berapa dulu, saya masih SD), tayang di TVRI. Waktu itu kami begitu mengidolakan tokoh Syamsul Bahri, dan begitu senang ketika adegan Datuk Maringgih tertembak. Di kemudian hari, bagian kisah ini menjadi kontroversi tersendiri. Saya sempat membaca di beberapa forum dan artikel di internet, bagian ini sering mejadi kontroversi. Sebagian melihat peristiwa ini dari sisi lain, dimana seorang pemimpin perjuangan (Datuk Maringgih) tertembak oleh sesama pribumi yang memihak Kompeni Belanda.

Namun kalau kita melihat dari sisi yang lain, ada juga yang perlu kita cermati. Dikisahkan bahwa Syamsul Bahri mengalami shock yang cukup berat dengan kematian SIti Nurbaya. Kita tahu, dalam situasi terguncang parah, seseorang bisa bertindak di luar logika. Dan kita tidak bisa mengabaikan fakta sejarah, bahwa menjadi tentara Belanda adalah juga pekerjaan yang lazim pada masa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun