Hari ini, 73 tahun silam negeriku  MERDEKA. Bebas dari penjajahan bangsa-bangsa tak sedarah. Proklamasi pun dibaca dengan suara lantang dan tegap di Jalan pegangsaan Timur nomor 59. Oleh kedua Proklamator, Soekarno-Hatta.  Sorak kegembiraan tak terelak  di sana.
Merah Putih menari-nari di angkasa, jahitan jari-jari lentik Ibu Negara. Merah lambangkan keberanian jiwa-jiwa kesatria. Putih siratkan kesucian hati meraih bersatunya tanah pertiwi.
Nyawa para pejuang pun terbayar manis kala itu. Bersatunya negeri dengan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. UUD '45 menjadi  pedoman berbangsa dan bernegara .
Hari ini, 17 Agustus 2018 ... ya 73 sudah Indonesia merdeka. Riuh ramai rakyat negeriku menyambut dengan suka cita. Namun, benarkah Kita sudah merdeka? Ataukah Masih dibawah penjajahan yang dibungkus dengan lebih apik?
Yang Aku tahu merdeka itu bebas. Bebas untuk berdiri di kaki sendiri. Bebas dari tekanan para intelek berdasi. Bebas untuk menyuarakan isi hati tanpa harus dikomando sana-sini. Bebas untuk mencari sesuap nasi di negeri sendiri.
Namun, apa nyatanya?
Megahnya merdeka hanya pada pestanya.
Lihatlah putra-putri bangsa! Yang harus menyeberang lautan untuk Hidup lebih berharga. Bukan hanya tekad yang  kuat, nyawa pun harus dipertaruhkan. Jangankan air mata, darah pun tercucur deras mengaliri peluh.
Bila ini yang disebut merdeka, lalu apa arti kebebasan itu?
Di mana letak bebas yang sebenarnya?
Inikah yang Di sebut merdeka ... Mencari pundi-pundi di negeri-negeri Yang dulu disebut penjajah?