Mohon tunggu...
Nuni Tuswijayani
Nuni Tuswijayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Leaner

Hi, I am New :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-hati, Kata-kata Positifmu Bisa Membuat Orang Semakin Stres, Loh, Kok Bisa?

26 Oktober 2021   09:53 Diperbarui: 26 Oktober 2021   11:00 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hello Fellas ! Pastinya kita semua atau orang disekitar kita pernah mengalami stress akan seuatu hal. Entah itu dalam pekerjaan, keluarga, kondisi ekonomi, dan lain-lain. 

Tentunya kita sebagi manusia yang sedang berada dalam masa stress membutuhkan semangat atau dukungan dari orang-orang sekitar. Atau kitapun terkadang senang memberikan semangat melalui kata-kata positif kepada orang yang sedang mengalami stress. 

Lantas, apakah kata-kata positif itu bisa menyemangati orang yang sedang mengalami stress atau bisa  membuat orang itu semakin stress ? Ternyata terkadang kata-kata positif bisa membuat suasana menjadi buruk. Hehehe bisa jadi loh untuk beberapa case.

Keadaan seperti itu bisa kita sebut dengan Toxic Positivity. Apa itu Toxic Positivity ? Toxic Positivity adalah keadaan dimana seseoarang memaksa dirinya sendiri dan orang lain untuk selalu merasakan energi positif saja dengan mengabaikan energi negative seperti tidak boleh menangis, tidak boleh bersedih, harus selalu bahagia. Padalah merasakan  energi negative pun perlu dirasakan oleh seseorang, seperti halnya menangis. 

It is Okay loh to Cry but not too much. Orang-orang yang mempunyai sifat Toxic Postivity ini bisa membuat orang lain menjadi semakin stress. Nah, kebayang ga tuh ? ketika kita berniat untuk memberi semangat eh ternyata bisa berdampak buruk terhadap orang lain. Maka dari itu yuk kenali ciri-ciri seseorang yang mempunyai sifat Toxic Positivity seperti contoh dibawah ini 

Orang yang mempunyai sifat Toxic Positivity cenderung membandingkan sesuatu dalam konteks merendahkan. Contohnya : “ Ah kamumah gitu aja cengeng, liat nih masalahku lebih banyak dari pada kamu tapi aku ga cengengtuh” atau “ Kamutuh masih beruntung, liat orang-orang disekitar kamu.  Mereka lebih susah dari pada kamu. Udah jangan nangis”

Kata-kata seperti itu tentunya tidak asing di telinga kita. Niatnya menyemangati tapi bisa jadi membuat orang yang sedang stess menjadi semakin stress karena bisa jadi orang tersebut merasa sangat lemah,dan merasa dirinya tidak bisa mengatasi masalah.

Alangkah baiknya ketika kita sedang mendengarkan orang lain menceritakan masalahnya kita dengarkan tanpa menghakimi. Seperti kata-kata ini  “ Aku tau yang kamu jalani berat, kamutuh hebat loh untuk bisa mencapai titik ini. Aku salut. Its okay kok kalau kamu merasa lelah, takes your time. Kalau kamu butuh temen cerita, aku siap dengerin. Nanti kita cari solusinya ya bareng-bareng”

Gimana ? enakkan untuk didengar

Contoh lainnya lagi adalah “ Kamu diet dong, ga sehat loh badan terlalu gemuk. Nanti kamu sakit”

Kata-kata tadi merupakan bentuk dari kepedulian tetapi bisa membuat percaya diri sesorang menurun. Padahal ketika seseorang ingin merubah bagian dari dirinya, orang tersebut harus mencintai dulu dirinya  sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun