Tak banyak yang mengenal bocce, olahraga lempar bola asal Italia yang kini perlahan menjadi sorotan di Indonesia. Dengan bola berukuran kecil dan lapangan yang tak luas, bocce membuktikan bahwa prestasi tidak selalu lahir dari tenaga besar atau teknik rumit.
Bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), olahraga ini menghadirkan ruang inklusi yang hangat: tempat mereka berlatih, menumbuhkan rasa percaya diri, dan meraih kesempatan untuk berprestasi.
Dari Italia ke Lapangan Sekolah Luar Biasa
Bocce mulai masuk ke Indonesia melalui jalur kompetisi olahraga khusus dan kegiatan inklusi di sekolah-sekolah luar biasa. Dalam beberapa tahun terakhir, kehadirannya semakin terasa berkat ajang-ajang besar seperti Special Olympics Indonesia (SOIna) dan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Pendidikan Khusus (O2SN Diksus).
Pada Kejuaraan SOIna di Banjarmasin tahun 2023, bocce menjadi salah satu cabang yang paling banyak diminati siswa dengan down syndrome.
Di berbagai daerah, seperti Bandung dan Bogor, festival olahraga SLB yang melibatkan puluhan sekolah juga memilih bocce sebagai cabang utama karena mudah dimainkan dan aman untuk berbagai kondisi anak.
Ariyadi Yuli Kristiawan, guru SLB Negeri Boyolali sekaligus pelatih bocce Jawa Tengah, menuturkan kepada Antara News saat pameran bocce di ASEAN Para Games 2022 di Solo:
“Saya bersyukur bisa diajak ke sini untuk mengisi stand bocce saat ASEAN Para Games. Meski tak ada cabang bocce di ASEAN Para Games, tapi ini justru jadi langkah untuk mengenalkan.”
Ia menambahkan bahwa perjuangan untuk mengenalkan bocce tidaklah singkat.
“Saya sadar jalan menuju itu sangat panjang. Tapi intinya kita harus optimis bahwa bocce sangat bisa dipertandingkan di Peparnas atau kejuaraan-kejuaraan lainnya.”
Sederhana tapi Bermakna
Bocce dimainkan dengan cara melempar bola besar agar sedekat mungkin dengan bola kecil yang disebut pallino. Tidak ada gerakan sulit atau tenaga yang menguras fisik. Justru, yang diperlukan adalah ketelitian, koordinasi tangan dan mata, serta fokus pada strategi.
Kesederhanaan inilah yang membuat bocce ramah bagi siapa saja, anak kecil, lansia, hingga ABK. Guru-guru pendidikan khusus menilai bocce bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi juga sarana terapi motorik halus yang membantu anak mengendalikan gerak dan meningkatkan konsentrasi.
Triningsih, pendamping siswa SMALB yang ikut lomba bocce di Semarang, menuturkan manfaat yang ia lihat secara langsung:
“Sangat besar pengaruhnya setelah anak sering mengikuti latihan bocce. Pertama, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, menambah kepercayaan diri, serta melatih kejujuran dan sportivitas. Bocce tidak perlu kecepatan dan kekuatan, hanya perlu fokus dan konsentrasi.”
Selain manfaat fisik, bocce menumbuhkan keberanian tampil di depan publik. Banyak anak yang sebelumnya pemalu mulai berani mengikuti lomba, merasakan semangat bekerja sama dalam tim, dan menikmati sorak-sorai dukungan teman dan guru.
Bocce, Primadona Penjas Adaptif di SLBN Tasikmalaya
Di SLBN Tasikmalaya, bocce menjadi salah satu olahraga favorit dalam pelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif. Bocce sangat sesuai untuk berbagai jenis kebutuhan khusus karena gerakannya sederhana, tidak membutuhkan tenaga berlebihan, dan dapat dimainkan di dalam maupun luar ruangan.
Biasanya, bocce dimainkan di aula atau lapangan beralas datar. Guru menyiapkan bola dengan ukuran dan berat yang disesuaikan agar aman dan nyaman digenggam oleh siswa dengan keterbatasan fisik atau motorik. Sebelum pertandingan dimulai, guru memberikan instruksi sederhana, sering kali disertai bahasa isyarat atau bantuan visual agar dipahami oleh siswa tunarungu dan tunagrahita.
Selain sebagai sarana olahraga, bocce juga menjadi media terapi fisik dan sosial. Permainan ini melatih koordinasi tangan-mata, ketepatan melempar, fokus, serta kemampuan mengendalikan emosi saat harus menunggu giliran. Tidak kalah penting, bocce membantu siswa belajar berinteraksi dan menghargai aturan main.
“Anak-anak terlihat antusias setiap kali jadwal bocce tiba. Mereka bisa bermain sambil belajar mengendalikan diri, berkompetisi dengan sportif, dan saling memberi semangat,” ujar salah satu guru SLBN Tasikmalaya.
Kehadiran bocce di SLBN Tasikmalaya tidak hanya menjadi bagian dari rutinitas olahraga, tetapi juga menjadi simbol bahwa olahraga inklusif mampu menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus.
Prestasi dan Kebanggaan
Kehadiran bocce di berbagai ajang resmi membuktikan olahraga ini bukan sekadar hiburan. Di O2SN Diksus 2025, bocce diperlombakan untuk kategori putra dan putri, mempertemukan atlet-atlet muda dari berbagai provinsi. Banyak dari mereka adalah siswa SLB yang baru pertama kali tampil di panggung nasional.
Guru di SLB Luak Nan Bungsu, Kota Payakumbuh, dalam penelitian yang diterbitkan Universitas Negeri Padang menyebut bahwa dukungan guru menjadi kunci keberhasilan siswa dalam meraih prestasi bocce:
“Guru berperan sebagai motivator, fasilitator, dan teladan, memberikan dukungan, membujuk, dan memberikan hadiah.”
Kisah-kisah inspiratif bermunculan: seorang anak yang semula sulit fokus berhasil meraih medali perunggu; tim bocce dari daerah kecil yang tidak memiliki lapangan permanen berhasil menembus final. Meski tidak selalu membawa pulang piala, kebanggaan dan rasa percaya diri yang mereka bawa pulang tak ternilai harganya.
Tantangan yang Masih Mengadang
Meski pertumbuhannya menggembirakan, bocce masih menghadapi tantangan di Indonesia. Fasilitas lapangan yang sesuai standar belum merata, bahkan sebagian besar sekolah harus memanfaatkan halaman atau aula sebagai arena bermain.
Selain itu, pelatih dan guru pendamping perlu terus dilatih untuk memahami teknik bocce adaptif bagi berbagai jenis kebutuhan khusus. Sosialisasi juga menjadi kunci, karena masih banyak masyarakat yang belum mengenal bocce dan menganggapnya sekadar permainan biasa.
Bola Kecil, Dampak Besar
Bocce mengajarkan kita bahwa olahraga bisa menjadi bahasa universal yang meruntuhkan batas—batas kemampuan, batas sosial, bahkan batas kepercayaan diri. Di tangan anak-anak berkebutuhan khusus, bola kecil bocce menjadi simbol semangat besar untuk berjuang, berprestasi, dan diterima setara.
Jika mendapat dukungan fasilitas, pelatihan, dan perhatian lebih luas, bocce berpotensi menjadi salah satu cabang olahraga inklusif yang membanggakan Indonesia. Karena dari sebuah lapangan kecil dan lemparan sederhana, lahir keberanian besar bagi anak-anak untuk menatap masa depan dengan senyum percaya diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI