Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup Kian Menekan, Klinik Psikiatri Kian Penuh

24 September 2025   10:42 Diperbarui: 24 September 2025   10:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Klinik Psikiatri (Sumber: Lia Kusmaya/pinterest)

Ada pula yang terpuruk karena kegagalan percintaan, hingga tekanan kompleks perekonomian: persaingan kerja yang makin ketat, sulitnya mendapatkan pekerjaan layak, dan beban memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Tak sedikit pula kasus berujung pada keretakan rumah tangga. “Banyak pasien yang datang setelah pernikahannya kandas karena masalah ekonomi atau konflik yang tak terselesaikan. 

Mereka butuh tempat untuk kembali menata diri,” ujar seorang perawat yang enggan disebut namanya.

Kesaksian ini menunjukkan bahwa pasien psikiatri bukan hanya mereka dengan diagnosa klinis berat, tetapi juga orang-orang biasa yang merasa tak sanggup lagi menanggung beban hidup sehari-hari.

Data yang Tak Terbantahkan

Tren peningkatan kebutuhan layanan psikiatri tercermin dari data BPJS Kesehatan. Pada 2024, terdapat sekitar 2,97 juta rujukan kasus kesehatan jiwa dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ke rumah sakit. 

Dalam lima tahun terakhir, pembiayaan layanan kesehatan jiwa melalui BPJS mencapai Rp 6,77 triliun untuk 18,9 juta kasus. Skizofrenia menjadi diagnosis terbanyak dengan 7,5 juta kasus yang menelan biaya hampir Rp 3,5 triliun.

Namun, peningkatan permintaan tidak sebanding dengan ketersediaan tenaga ahli. Indonesia hanya memiliki sekitar 1.221 psikiater untuk melayani lebih dari 270 juta penduduk, rasio yang jauh dari ideal. 

Distribusinya pun timpang, terkonsentrasi di Jawa, sementara di daerah lain pasien harus menempuh perjalanan jauh untuk bisa berkonsultasi.

Selain itu, baru sekitar 50% Puskesmas di Indonesia yang memiliki layanan kesehatan jiwa, dan hanya 40% rumah sakit umum yang menyediakan layanan serupa. Kondisi ini memperlihatkan betapa terbatasnya akses masyarakat terhadap layanan jiwa.

Antrean Panjang, Dokter Kewalahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun