Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jempol Lincah, tapi Otak Lelah? Saatnya Mindful Scrolling!

18 Juli 2025   18:25 Diperbarui: 18 Juli 2025   18:25 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Scrolling Activity (Sumber: freepik)

Setiap hari, jempol kita begitu cekatan menelusuri layar; dari reels lucu, gosip selebritas, sampai drama receh netizen yang muncul tanpa henti. Satu swipe membawa kita ke dunia lain, satu tap menyedot perhatian berjam-jam. 

Tapi sayangnya, di balik semua itu, otak kita makin jarang diajak berpikir kritis. Di era yang mengagungkan kecepatan dan keterpaparan, hidup perlahan habis untuk sekadar scroll. Gak sayang waktu dan potensi cuma buat main jempol?

Jempol Lincah, Otak Lemas

Budaya scroll tanpa henti atau yang kini dikenal sebagai doomscrolling, menjadi rutinitas tak tertulis masyarakat digital. 

Jempol terus bergerak, tapi otak nyaris tak diajak berpikir. Banyak orang merasa sibuk, padahal hanya terjebak pada konten satu menit yang tak memberi dampak signifikan bagi hidupnya.

Dari bangun tidur hingga rebahan menjelang malam, layar menjadi “teman setia” yang perlahan mengikis produktivitas dan kejernihan berpikir. Otak hanya menjadi pelampung visual, tanpa sempat mengendapkan makna atau mempertanyakan substansi.

Waktu Habis, Manfaat Tipis

Menurut riset berbagai lembaga digital global, rata-rata orang menghabiskan 3 hingga 6 jam per hari di media sosial. Jika dikalkulasikan, waktu itu setara dengan hampir satu hari penuh dalam sepekan, terbuang hanya untuk melihat-lihat kehidupan orang lain, tanpa arah dan tanpa pencapaian.

Lebih menyedihkan, setelah scrolling panjang, banyak orang justru mengeluh: sulit tidur, mudah gelisah, dan merasa kosong. Informasi viral datang silih berganti, tapi tidak banyak yang tinggal dan berbekas.

Dari Literasi Menuju Ilusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun