Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dua Jempol Untuk Kang Dedi: Ketika Video Edukatifnya Membuat Anak-anak Berubah

12 Mei 2025   08:00 Diperbarui: 12 Mei 2025   16:32 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Reel Kang Dedi (Sumber: Facebook/Kang Mulyadi Chanel)

Siapa sangka, video seorang tokoh publik bisa lebih ampuh dari rengekan ibu, ocehan bapak, atau bahkan ancaman HP disita? Itulah yang terjadi setelah Kang Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat  yang kini dikenal sebagai tokoh budaya dan politikus nyentrik, mengunggah video viral bertema “jemput paksa” anak-anak yang susah makan, mandi, dan ogah sekolah.

Dengan gaya khasnya yang setengah bercanda tapi mengandung “aura militer”, Kang Dedi menyapa anak-anak secara personal:

“Kang Dedi bakal jemput kamu ya, yang main HP mulu, yang gak mau mandi, yang susah sekolah...”
Seketika, banyak anak menangis, ketakutan, bahkan sembunyi di bawah kolong tempat tidur. Ajaibnya, setelah itu mereka jadi rajin mendadak. Bukan sulap, bukan sihir; video berdurasi beberapa menit tersebut berhasil menggedor mental anak-anak era digital.

Antara Edukasi dan Ketakutan: Saat Video Viral Menyentuh Pola Asuh

Video Kang Dedi membawa kita pada refleksi tentang pendekatan pendidikan berbasis rasa takut, atau dalam istilah psikologinya disebut fear based parenting/education

Ini adalah metode yang mendorong anak-anak untuk patuh melalui rasa takut; entah takut dihukum, ditinggal, atau, dalam kasus ini, “dijemput ke barak militer.

Efektif? Bisa jadi. Tapi tidak selalu sehat.
Fear-based parenting memang seringkali menunjukkan hasil cepat; anak langsung diam, menurut, atau berhenti melakukan hal negatif. 

Namun, efek jangka panjangnya bisa memunculkan dampak yang tidak diinginkan:

  • Anak patuh karena takut, bukan karena mengerti alasannya.
  • Ketakutan bisa berubah jadi kecemasan, mimpi buruk, atau trauma kecil yang tertanam.
  • Hubungan orang tua dan anak bisa renggang karena didasari intimidasi, bukan komunikasi.

Anak yang tumbuh dalam tekanan bisa kehilangan rasa aman di rumah dan kesulitan mengembangkan daya pikir kritis. Dalam jangka panjang, mereka mungkin akan patuh saat kecil, tapi memberontak saat dewasa.

Eits.. tapi jangan negatif thinking dulu! Inisiatif Kang Dedi ini tentunya akan amat positif dampaknya jika para orang tua tahu tindak lanjut yang harus dilakukan pada putera puterinya!

Saat Ketakutan Harus Diolah Menjadi Kesadaran

Video viral ini memang bisa menjadi pemicu awal perubahan; semacam “tamparan halus” yang membuat anak berefleksi. 

Namun di sinilah peran orang tua menjadi sangat krusial. Jangan biarkan perubahan hanya bertumpu pada rasa takut.

Orang tua perlu melanjutkannya dengan pendekatan yang empatik dan suportif, seperti:

  • Menjelaskan dengan tenang kenapa mandi, makan, dan belajar itu penting.
  • Membuat rutinitas yang konsisten dan menyenangkan.
  • Memberikan contoh nyata; karena orang tua yang disiplin akan lebih mudah ditiru anak.
  • Menghargai kemajuan anak sekecil apa pun dengan pujian tulus, bukan ancaman.

Bagian Kocaknya: Saat Orang Dewasa Ikut Melapor dan Diancam ke Barak!

Fenomena ini tak hanya menyentuh anak-anak. Orang dewasa pun ikut “tertampar halus” oleh video Kang Dedi. Salah satu momen paling lucu datang dari pasangan Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Kang Dicky Chandra

Dalam salah satu unggahan, istrinya terang-terangan melaporkan bahwa suaminya sulit menjaga pola makan dan tentunya dibalas tegas oleh Kang Dedi.

“Kalau Kang Dicky gak nurut juga, ya saya angkut ke barak militer!” ujar Kang Dedi sambil tertawa.

Tak berhenti di situ, muncul tren baru: para istri dan suami saling melaporkan pasangan mereka ke Kang Dedi!
Mulai dari suami yang kecanduan HP, juga istri yang malas masak dan beberes karena main hp terus.

Komentar netizen malah makin seru:

“Angkut lah aja, Kang. Tuman kolot-kolot,hehe !”
“Kalau HP gak dilepas, siapkan rompi oranye, Kang!”
“Kang Dedi mah bukan cuma pahlawan anak-anak, tapi juga penyelamat rumah tangga!”

Fenomena ini pun berubah menjadi semacam terapi rumah tangga online yang penuh tawa tapi menohok. Kang Dedi sukses membuat semua usia tersentil; dengan cara yang tetap menghibur.

Dari Viral ke Nilai, dari Takut ke Tumbuh

Apa yang dilakukan Kang Dedi memang pantas diberi dua jempol. Beliau berhasil menghadirkan edukasi dalam balutan lokalitas, humor, dan keberanian berbicara langsung pada anak-anak dan masyarakat.

Namun, viral bukan akhir. Tugas orang tua dan pasangan adalah mengubah rasa takut menjadi kesadaran, lalu menjadikannya kebiasaan baik yang bertahan.

Karena sejatinya, perubahan terbaik bukan yang dipicu oleh ancaman, tapi oleh cinta dan pengertian yang dirawat terus menerus.

Terimakasih Kang Dedi, Sehat dan Sukses selalu..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun