Pendidikan seksual bagi anak-anak penyandang autisme masih kerap dianggap tabu dan minim perhatian. Padahal, anak autis memiliki hak yang sama untuk memahami tubuhnya, mengenali batas pribadi, dan melindungi diri dari potensi kekerasan seksual.
Dari kegelisahan ini, lahirlah sebuah inovasi media edukatif yang saya rancang sendiri sebagai guru pendidikan khusus: TUTU, singkatan dari Tubuhku Tanggung Jawabku.
TUTU: Media Inovatif untuk Pendidikan Seksual yang Ramah Autis
TUTU bukan produk pasaran. Ia adalah buah pemikiran, pengalaman, dan kepedulian saya terhadap perlunya pendekatan visual dan empatik dalam mengenalkan pendidikan seksual dasar kepada anak-anak autis.
Dengan pendekatan yang lembut, sederhana, dan visual, TUTU hadir sebagai alat bantu komunikasi yang konkret dan penuh makna.
Bentuknya pun dirancang akrab untuk dunia anak; maskot boneka berbentuk tameng yang lucu, warna lembut, dan ekspresi bersahabat.
Namun di balik tampilannya yang menggemaskan, TUTU memikul misi penting: menanamkan bahwa tubuh setiap anak adalah wilayah pribadi yang harus dihormati dan dijaga.
Komponen Media TUTU
Inovasi ini terdiri dari beberapa bagian:
Boneka Maskot Tutu
Boneka ini saya desain sebagai teman belajar anak. Ia dapat digunakan saat simulasi "boleh" dan "tidak boleh", lengkap dengan ekspresi wajah dan tanda visual (centang hijau dan silang merah).Kartu Visual Edukatif
Kartu-kartu ini membantu anak mengenali:- Zona tubuh pribadi (merah, kuning, hijau)
- Sentuhan baik dan tidak baik
- Emosi dasar dan reaksi yang sesuai
Buku Cerita Bergambar
Cerita pendek tentang Tutu yang menghadapi berbagai situasi sehari-hari; dari ajakan bermain, pelukan teman, hingga menyikapi sentuhan yang tidak diinginkan. Cerita ini saya buat dengan gaya bahasa sederhana dan visual dominan, sesuai dengan karakteristik belajar anak autis.Poster Zona Aman Tubuh
Poster ini menampilkan bagian-bagian tubuh anak laki-laki dan perempuan dalam kode warna, sebagai pengingat sehari-hari yang bisa ditempel di rumah atau ruang kelas.
Cara Penggunaan TUTU
Di Sekolah:
- Guru dapat menggunakan boneka Tutu sebagai pembuka sesi belajar.
- Visual card diperkenalkan satu per satu sambil melakukan simulasi.
- Buku cerita dibacakan bersama, dilanjutkan dengan diskusi ringan dan tanya jawab visual.
- Poster ditempel di ruang kelas sebagai penguatan.
Di Rumah:
- Orang tua bisa membaca buku Tutu saat quality time bersama anak.
- Role-play dengan boneka Tutu bisa menjadi kegiatan harian yang ringan namun bermakna.
- Kartu visual dijadikan media refleksi harian (“Hari ini ada sentuhan baik/tidak?”).
Mengapa Penting untuk Anak Autis?
Anak dengan autisme umumnya membutuhkan pendekatan visual, berulang, dan konkret dalam proses belajar. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam memahami bahasa verbal yang abstrak, terutama terkait dengan emosi dan batas tubuh.
Dengan TUTU, saya berupaya menghadirkan alternatif belajar yang:
- Ramah sensorik
- Visual dominan
- Konsisten dan berulang
- Mendorong anak untuk berekspresi dan merasa berdaya
Bukan Tabu, Tapi Perlindungan Hak Anak
Pendidikan seksual bukan sekadar soal seksualitas. Ini adalah hak dasar perlindungan anak.
Ketika anak diajarkan tentang tubuhnya, tentang boleh dan tidak boleh, tentang berkata “tidak”, itu artinya kita sedang membekali mereka dengan perisai kehidupan.
Sebagai guru pendidikan khusus, saya menyadari bahwa perlindungan bagi anak autis harus dimulai dari pemahaman yang sesuai dengan cara mereka belajar.
TUTU saya rancang sebagai jawaban untuk itu; bukan sekadar alat, tetapi media yang memanusiakan anak-anak dengan kebutuhan khusus.
TUTU, untuk Anak yang Lebih Kuat dan Berdaya
Lewat TUTU, saya berharap setiap anak tahu bahwa tubuh mereka berharga. Bahwa mereka punya suara. Bahwa mereka boleh menolak. Bahwa mereka tidak sendiri.
Karena Tubuhku adalah Tanggung Jawabku, dan setiap anak pantas mendapat pendidikan seksual yang aman, inklusif, dan bermakna; apa pun kondisinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI