Memahami Keistimewaan dalam Keragaman: Autisme adalah Spektrum Keunikan
Autisme bukanlah satu kondisi yang seragam, tetapi sebuah spektrum—artinya, setiap individu dengan autisme memiliki karakteristik yang unik.Â
Tidak ada dua individu autis yang benar-benar sama, sebagaimana ditegaskan oleh Dr. Stephen Shore, seorang profesor pendidikan dan advokat autisme, yang mengatakan:
"If you've met one person with autism, you've met one person with autism."
(Pernah bertemu satu orang autis? Maka Anda hanya mengenal satu individu autis, bukan seluruh spektrum).
Banyak orang masih beranggapan bahwa spektrum autisme adalah tingkat keparahan dari ringan hingga berat. Padahal, spektrum ini lebih menggambarkan keberagaman karakteristik—apakah dalam cara berkomunikasi, berperilaku, atau berinteraksi.Â
Ada anak autis yang berbicara lancar, ada yang non-verbal. Ada yang sangat aktif, hipersensitif, ada juga yang hiposensitif dan lebih suka menyendiri. Inilah yang membuat mereka unik, bukan "kurang" atau "lebih parah" dibandingkan yang lain.
Autisme Bukan Penyakit, Mereka Perlu Dipahami, Bukan Disembuhkan
Salah satu kesalahpahaman terbesar tentang autisme adalah anggapan bahwa autisme adalah penyakit yang harus disembuhkan. Faktanya, autisme bukan penyakit, melainkan perbedaan neurologis yang membentuk cara seseorang berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan dunia.
Dr. Barry Prizant, seorang ahli autisme dan penulis buku Uniquely Human, menjelaskan bahwa banyak tantangan yang dialami individu autis bukan berasal dari autisme itu sendiri, melainkan dari kurangnya pemahaman dan dukungan dari lingkungan sekitar.
Karena itu, tujuan utama dalam mendampingi anak autis bukan untuk mengubah mereka menjadi seperti anak neurotipikal, tetapi untuk membantu mereka berkembang dengan cara mereka sendiri.Â
Dengan strategi yang tepat, mereka dapat belajar berkomunikasi, bersosialisasi, dan mengembangkan potensinya secara optimal.